Selasa, 19 Oktober 2010 2 komentar

petualangan baru

petualangan baru, bisa dikatakan demikian
bercengkrama dengan manusia yang ditakuti awam
yang memandang masa depan ntah kemana arahnya

butuh empati dan dukungan
namun terjebak pada simpati dan kasihan

butuh proteksi dan kasih sayang
tapi terkungkung pada kebebasan sekaligus keterpurukan

dalam dan dalam
lalu semakin larut pada ketidakberdayaan

berandai akan asa
tak urung terbang bersama waktu yang membelenggu

satu, dua
hanya keteraturan yang membuatnya tetap mengada

-untukmu, teman-teman baruku-
Rabu, 16 Juni 2010 4 komentar

Mengenang Perjalanan Bersama ‘The Backbone’ (1) ; Ciptakan Peluang

Letih lelah setelah menghadiri perhelatan akbar pertama dari distrik 205, perjalanan pun dilanjutkan. Sampai di ‘wisma lelah’ lebih dulu dari beberapa teman yang pulang mendahului tidak juga membuat saya lebih cepat berkemas dibanding mereka. Pernak-pernik yang saya lakukan membuat acara benah-benah saya menjadi lebih lambat. Demi gendongan yang nyaman, pikir saya.
Kenyamanan menggendong akan berpengaruh pada perjalanan saya selanjutnya, menemui ‘the backbone’. Dimulai dengan agak elit, dan juga agak tidak sopan karena meminjam nama teman yang sudah pulang mendahului, tibalah kami (saya dan dua orang teman) di dimensi ruang penuh kepulan asap, asap kendaraan maupun rokok.
Datang untuk menunggu. Ya, menunggu beberapa saat menjadi saat yang bagi saya terasa sangat lama karena salah satu teman saya terlambat datang. Menunggu memang menjemukan tapi saya menemukan sebuah kearifan dalam menunggu. Tidak lagi melatih kesabaran, tetapi bergerilya mencari peluang. Dan peluang itu saya dapatkan. Berbekal obrolan ringan, saya mendapatkan teman baru dan informasi penting untuk bertemu dengan ‘the backbones’ (terimakasih bapak dan ibu PMI!).
Telepon bordering dan berangkatlah kami, saya dan tiga rekan saya, menjelajahi dimensi ruang lain yang tidak kami kenal sebelumnya. ‘the backbone’, kami datang.
Trip kali ini lebih elite dan penuh konspirasi (ketua rombongan, kami menuntut tanggung jawabmu!). Berdalih mengejar waktu, kami berangkat dengan armada yang sangat ‘layak’ untuk sebuah perjalanan petualangan, bus patas cepat. Tapi apa daya waktu ternyata tak bisa di kejar, dan petangpun menyambut kedatangan kami. Dalam temaram petang, tak tahu arah dan tujuan, hampir tersesat, dan hampir pula tertipu, akhirnya kami bertemu dengannya, ‘the backbone’.
’25.000 perorang mba, tapi nunggu penuh dulu atau 250.000 langsung berangkat????’ kami berempat!.
30 menit, 60 menit, 90 menit….hampir menyerah.
Tak ubahnya pengemudi mencari penumpang, kami pun, sekali lagi, menemukan peluang dari menunggu. Berharap akan ada penumpang yang ikut serta, kami meneriakkan nama tempat yang akan kami datangi, sebuah negeri impian, berlagak kondektur bus!
90+20 menit berlalu….hampir sangat menyerah, berbayang menghamburkan 2x lipat lembaran di dompet dari yang seharusnya, otak kami bekerja lebih keras.
‘negeri impian pak? Seorangnya berapa ya? Harus nunggu penuh? Oke, saya 150, adek-adek ini 100’?????? (bengong, apa maksudnya?)
Beberapa saat kemudian, ‘the backbone’ terguncang, horeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee, atau entah apa namanya. 25.000 dengan 5 penumpang! Mustahil.
Sekali lagi, ciptakan peluang, dan kali ini berkesempatan bertemu ‘dewa’. Berbahagialah ketika menunggu, teman! karena akan datang peluang yang tidak terduga.
‘the backbone’ I luv uuuuuuuuuuuuuuuuuuuu…………’ dan berangkatlah kami menuju negeri impian ditemani cahaya petang dan angin malam, melintasi jalan berliku, tikungan dan tanjakan tajam, suara mesin menderu, dan sesekali tawa celoteh aneh dan ‘panas’ dari kawan yang duduk di belakang.
‘liat di internet aja kan bisa’(???????)
Selasa, 08 Juni 2010 2 komentar

Di atas negeri impian, Cerita sebuah perjalanan yang menguras batin sekaligus kantong

Bermula dari rencana untuk menambah kebahagian seorang teman di hari bahagianya, saya dan beberapa orang teman pun berencana ingin ikut juga membahagiakan diri. Ya, membahagiakan diri di selang padatnya rutinitas yang menjemukan, walaupun pada akhirnya hanya saya dan beberapa dari beberapa orang tepat yang bulat pendapat.
Terucaplah kata, “ok, ayo kita ke Surabaya (dengan tanda seru)”
Dimulailah perjalanan kami. Perjalanan nekat karena tidak ada satu diantara kami yang mengerti Surabaya secara ‘ekonomis’. Bermodal tas ransel penuh dan segelintir lembaran di dompet, berangkatlah kami dengan kereta api (rel, saya mengingat). Bertekad memcarkan rekor muri, duduk mundur dari Jogja – Surabaya, berangkatlah kami ke Surabaya. Perjalanan mencari negeri di atas awan.
Kereta terus melaju dengan kecepatan tinggi melintasi rel (favorit saya..,) ditemani temaram malam. Hingga cacing-cacing di perut sudah berubah menjadi naga, berharap kami untuk segera tiba di stasiun Madiun, untuk mencoba masakan khas dari ibu kita bersama saat itu (terimakasih tante!). Pecel Madiun, sajian khas berselera kata Katon Bagaskara.
Detik demi detik berlalu hingga enam jam kami di atas besi tua itu. Enam yang “panas”. Enam jam perjalanan yang tak henti-hentinya kami memekakkan gendang telinga para penumpang lain, dengan berita hangat seputar video panas dari aktris beken ibukota. Ironi dunia modern. Dan hanya topic itu yang kami bicarakan selama enam jam, sudah muak sekarang membayangkan.
Surabaya!!!!
Setelah satu jam menunggu, datanglah sarana kami berkeliling Surabaya nantinya, menikmati malam panjang di daratan Surabaya, kota kenangan tak kan terlupa. Menjelajah malam, mengotori Surabaya dengan asap, dan memuaskan nafsu,
Pecinan, pearaban, pemaduraan……
Sunan ampel dan roti maryam (perut saya tidak tahan kambing, sekali lagi)…..
Suramadu….
Gang Doli….
Masjid Agung…
Dan ya, tempat-tempat itu akan menempati porsi yang berbeda dalam setiap tarikan kata nanti, dan berakhirlah Surabaya malam ini.
0 komentar

Senam otak Membantu komunikasi, konsentrasi, kecerdasan dan mengatasi stress

Apa itu brain gym?
Braun gym atau senam otak adalah suatu rangkaian latihan gerak sederhana, cepat, menarik dan memudahkan kegiatan belajar. Rangkaian kegiatan ini sesuai untuk semua orang. Berguna dalam mempersiapkan seorang menyesuaikan dengan kehidupan sehari-hari. Dapat menambah atau meningkatkan ketrampilan khusus dalam hal berpikir dan koordinasi, memudahkan kegiatan belajar.

Otak terbagi menjadi 4 bagian
1. cerebral kiri
logikal, faktual, kritikal, teknikal, analitical, kuantitatif
2. cerebral kanan
visual, holistik, intuitif, inovatif, konseptual, imaginatif
3. sistem limbik kiri
konsevatif, terstruktur,sekuensial, terorganisasi, rinci, terencana
4. sistem limbik kanan
interpersonal, kinestetik, emosional, spiritual, sensori, perasaan.

Manfaat senam otak
Secara jasmani
- terlihat lebih sehat dan lincah
- lebih bersemangat dalam belajar
- bagi yang kurang dapat berjalan dengan baik, menjadi bisa berjalan bahkan meloncat.
- Peningkatan keseimbangan tubuh
Kemampuan belajar
- lebih mampu berkonsentrasi dalam belajar
- mengalami peningkatan prestasi
- menjadi lebih pandai berhitung, membaca, dan menulis
- semangat dan gairah belajarnya meningkat
- kemmapuan mengingat bertambah lama

Persiapan yang diperlukan sebelum belajar/melakukan kegiatan (PACE)
PACE Gerakan Tujuan
POSITIF Hooks-up Melepaskan ketergangan dan stress emosional
AKTIF Silang Mengaktifkan belahan otak kiri dan otak kanan
CLEAR/JELAS Saklar otak Merangsang produksi sel saraf (neurotransmitter) untuk melancarkan hubungan antar sel-sel otak
ENERGETIC air Media penghantar listrik dalam tubuh

Dilakukan setiap pagi sebelum pelajaran/kegiatan dimulai dan setiap saat bila diperlukan perhatian dan konsentrasi

Gerakan hooks-up
- lakukan bagian 1 dan 2 selama 1 menit
- mengurangi kepekaan yang berlebihan (terlalu sensitif atau emosional)
- lebih rileks (ketegangan otak dan pikian mengendur)
- keseimbangan dan koordinasi tubuh
- meningkatkan rasa percaya diri
- meningkatkan kemampuan dalam memperhatikan sesuatu
- meningkatkan kemampuan menghadapi tantangan

Gerakan silang
- lakukan 2-3 menit beberapa kali/hari
- mengaktifkan dua belahan otak
- meningkatkan daya pikir dan daya ingat
- merangsang kelancaran cairan otak
- meningkatkan koordinasi tubuh
- menyeimbangkan emosi
- meningkatan penglihatan da pendengaran
- meningkatkan IQ
- menghilangkan kekakuan/stress
- berhubungan dengan kemampuan mengeja, menulis, menyimak dan pemahaman

Saklar otak
- lamanya sekitar 20-30 detik
- melancarkan aliran daah yang kaya zat asam ke otak
- menyeimbangkan indra pendengaran yang berpengaruh pada kemampuan belajar
- meningkatkan penglihatan dan kemampuan menyebrang garis tengah, keseimbangan badan, kerjasama mata kanan dan kiri
- melancarkan pengiriman info dari otak kanan-ke sisi tubuh kiri dan sebaliknya, mamu membedakan huruf

Titik positif
- lamanya 30 detik sampai 1 menit
- menghilangkan kekhawatiran, ketegangan dan ketakutan
- membuat pikiran menjadi tenang dan positif
- mengatasi lupa karena gugup
- menunjang ingatan jangka panjang dalam pengetahuan

Gerakan tidur (lazzy-8)
- lakukan 5 kali dengan masing-masing tangan dan 5 kali dengan dua tangan bersamaan
- mengaktifkan dau belahan otak untuk kerjasama dengan baik
- meningkatkan penglihatan perifer dan kemampuan mengikuti sesuatu dengan mata
- menghilangkan kesalahan membedakan huruf dan bentuk
- membedakan dan menghafal simbol dengan mudah

Penguapan berenersi
- lamanya 3- 6 kali
- tujuan
1. mengurangi ketegangan di kepala
2. memulihkan keseimbangan tulang-tulang kepala
3. membuat informasi dari dan ke otak berjalan lebih lancar
4. memudahkan proses belajar
- prosedur
1. pijat otot-otot di sekitar persendian rahang sambil membuka mulut s akan-akan ingin menguap
2. menguapkan dengan bersuara untuk melemaskan otot-otot tersebut
- manfaat
1. merilekskan otak, merangsang kreativitas menulis
2. menunjang kemampuan baca bersuara, bicara di depan umum
3. mempermudah membedakan info pentin dan yang kurang penting
4. meningkatkan kemampuan melihat

Pasang telinga
- lamanya 3 kali atau lebih dipijat dari atas ke bawah
- tujuan
1. membantu mengatasi kesulitan mendengar
2. mempengaruhi fungsi otak dan fungsi-fungsi badan lainnya
- prosedur
1. dengan menggunakan jari telunjuk dan jempol, daun telinga dipijit dari atas ke bawah
2. sambil memijit dun telinga dapat menyanyikan lagu atau mendengarkan bunyi-bunyian tertentu.
- manfaat
1. meningkatkan enersi telinga dan keseimbangan
2. mempengaruhi kemampuan mendengar suara sendiri
3. meningkatkan kemampuan berbicara dan menyanyi
4. mengaktifkan ingatan dan daya ingat
5. menunjang kemampuan matematika lisan

Burung manguni
- lamanya kira-kira 10 kali
- tujuan
1. menghilangkan kekakuan otot tengkuk dan leher, bila banyak belajar dan membaca
2. menunjang penglihatan dan pendengaran
3. menunjang kelenturan kepala agar dapat berputar dan bergerak lebih luas
- prosedur
1. urut otot bahu sambil miringkan kepala ke samping kiri dan kanan
2. waktu mengurut bahu kiri dengan tangan kanan, menolehkan ke kiri, demikian sebaliknya.
3. tarik nafas pada saat kepla di posisi tengah, kemuidan buang nafas ke samping atau ke otot yang tegang
4. ulangi dengan tangan ke bahu yang lain
- manfaat
1. mengintegrasikan otak bagian belakang dan bagian depan
2. melancarkan bahasa dan komunikasi
3. dapat memperhatikan lebih lama
4. meningkatkan kreativitas menulis
5. lebih mampu mengerjakan dan menyelesaikan tugas
6. berhubungan dengan pemahaman membaca, mendengarkan, dan kemampuan menulis kreatif

(sumber: evaluasi transfer brain gym 1999-2001, pusat latihan yayasan kesehatan GMIM)
0 komentar

Relaksasi

Keadaan relaks adalah keadaan pada mana seseorang berada dalam keadaan tenang, dalam suasana emosi yang tenang. Untuk mencapai keadaan seperti ini, diperlukan suatu teknik melalui berbagai prosedur antara lain prosedur aktif dan prosedur pasif.
Relaksasi adalah komponen dasar penting alam kegiatan terapeutik. Teknik relaksasi yang berkaitan dengan terapi perilaku, mulai dikembangkan sejak jaman Edmud Jacobson pada awal tahun 30-an. Jacobson dikenal sebagi orang pertama yang melakukan penelitian dalam bidang psikofisiologik mengenai relaksasi. Jacobson menemukan jika seseorang berada dalam keadaan relaks yang dalam, ia tidak akan memperlihatkan respons terkejut terhadap suara keras. Pada tahun 1983, Jacobson membuat teknik relaksasi yang disebut sebgai teknik atau latihan relaksasi progresif (progessive ralaxation training) untuk membawa seseorang sampai ke keadaan relaks pada otot-ototnya. Jacobson percaya bahwa jika seseorang berada dalam keadaan seperti itu, akan terjadi pengurangan timbulnya reaksi emosi yang menggelora, baik pada susunan pusat syaraf, maupun pada susunan syaraf otonom dan lebih lanjut dapat meningkatkan perasaan segar dan sehat, jasmani maupun rohani. Hal ini sesuai dengan teori emosi Jame-Lange, yang mengemukakan adanya interaksi antara emosi, misalnya kecemasan, dengan kondisi tubuh, misalnya peregangan pada otot-otot. Jadi jika seseorang dapat mengurangi ketegangan dan peregangan pada otot-ototnya, maka akan terjadi juga pengurangan ketegangan atau kecemasan, dan akibat-akibat lain karena keadaan tersebut.
Pada waktu yang bersamaan, ketika Jacobson mempergunakan teknik aktifnya, yakni pda tahun 1932, seorang dokter di Jerman bernama Johannes Schultz, memperkenalkan teknik pasif agar seseorang dapat menguasai munculnya emosi yang bergelora, yang dikenal dengan latihan otogenik (autogenic training). Pasien tidak lagi tergantung pada terapisnya, tetapi melalui teknik sugesti diri (auto suggestion technique), seseorang dapat melakukan sendiri perubahan kefaalan di dalam dirinya sendiri, juga bisa mengatur permunculan-permunculan dari emosinya pada tingkatan maksimal yang dikehendaki.
Pada tahun 50-an, seorang tokoh aliran behavioristik, bernama Joseph Wolpe, mempergunakan relaksasi progresif sebagai dasar untuk melakukan pengebalan sistematik. Teknik relaksasi yang dilakukan Wolpe ini adalah modifikasi dari tekniknya Jacobson yang dianggap oleh Wolpe memakan waktu terlalu lama, sehingga dia memodifikasi teknik yang lebih pendek, lebih sederhana dan lebih mudah dilakukan. Dalam perkembangannya lebih lanjut, tekniklatihan relaksasi progresif dipakai sebagai teknik tersendiri, jadi tidak lagi sebagai bagian dari teknik terapi perilaku seperti misalnya, pengebalan sistematik. Sebagai teknik yang dipakai tersendiri, latihan relaksasi progresif dipakai untk menghadapi pasien atau klien dengan masalah kecemasan umum dan kronis, bahkan akhir-akhir ini bidangnay lebih luas lagi dan kepada para pasien atau klien, diajarkan untuk bisa melakukannya sendiri (selfhelp) dengan mempergunakan alat biofedback agar pasien mengetahui saat-saat tercapainya keadaan relaks.
Dalam melaksanakan latihan relaksasi progresif terdapat beberapa model setelah model Jacobson dianggap tidak sesuai, antara lain karena dinilai kurang efisien, maka muncul medel lain yang terkenal yakni model Bernstein dan Borkovec (1973) dan Bernstein dan Given (1984). Model mereka membutuhkan waktu sekitar 35-40 menit dan meliputi 14 kelompok otot. Dasar umum untuk melaksanakan ini diberikan oleh Bernstein dan Given (1984) sebgai berikut :
1. mengajarkan klien bagaimana meregangkan otot-otot
2. klien memulai meregangkan otot setelah terapis mengatakan “sekarang”. Peregangan dipertahankan selama lima sampai tujuh detik. Perhatian klien dipusatkan pada timbulnya perasaan karena peregangannya dengan ucapan yang tepat.
3. klien mengendorkan peregangan dan memulai relaks setelah mendengar perkataan relaks. Suruhlah klien memusatkan pada perasaan relaks sebagai pengganti perasaan tegang. Pakailah ucapan-ucapan yang tepat untuk membantu klien mengarahkan perhatian secara langsung, agar merasakan relaks (yang disertai perasaan nyaman) selama kira-kira 30-40 detik.
4. ulangi siklus peregangan-peregangan pada otot yang sama, tetapi beri waktu sedikit lebih banyak unruk melrasakan relaks, yakni sekitar 40-50 detik.
5. meminta klien untuk memberikan tanda (misalnya, dengan mengangkat jari) kalau ototnya tidak sepenuhnya relaks. Dalam keadaan demikian, dapat diulang.
6. sering kali terjadi jika klien diminta melakukan peregangan pada sesuat kelompok otot, kelompok otot lain akan terpengaruh dan ikut regang. Karena itu setelah latihan pertama, kepada klien diminta hanya meregangkan pada kelompok yang diminta dan mencegah agar kelompok lain tidak terpengaruh.
7. pengulangan langkah-langkah tersebut di atas untuk kelompok otot yang lain sampai ke -14 kelompok otot telah dilakukan.
Setelah ke-14 kelompok otot terjadi pelemasan, terapis mengarahkan perhatian pasien atau klien agar merasakan relaks (nyaman) pada seluruh tubuh, melalui ucapan-ucapan sugestif dan menyuruhnya melakukan pernafasan dalam. Setelah itu baru dilakukan langkah-langkah lebih lanjut. Ke-14 kelompok otot tersebut ialah:
1. yang dominan pada tangan dan lengan
2. yang tidak dominan pada tangan dan lengan
3. dahi dan mata
4. pipi bagian atas dan hidung
5. dagu, muka bagian bawah, leher
6. pundak, punggung bagian atas, dada
7. perut
8. pinggul
9. yang dominan pada paha
10. yang dominan pada kaki
11. yang dominan pada tapak kaki
12. yang tidak dominan pada paha
13. yang tidak domianan pada kaki
14. yang tidak dominan pada tapak kaki
Jika pasien atau klien berhasil mencapai keadaan relaks setelah tiga kali pertemuan, pengelompokan otot bisa diperbesar menjadi lima kelompok, yaitu:
1. lengan dan tangan bersama-sama
2. semua otot muka
3. dada, pundak, punggung bagain atas, perut
4. pinggul dan pangkal paha
5. kaki dan tapak kaki
Efek dari latihan menurut Masters, et al (1987), adalah:
1. meningkatnya pemahaman mengenai ketegangan otot
2. meningkatnya kemampuan untuk menguasai ketegangan otot
3. meningkatnya kemampuan untk menguasai kegiatan yang terjadi dengan sendirinya
4. meningkatnya kemampuan untuk menguasai kegiatan kognitif, meliputi pemusatan perhatian (konsentrasi).
5. berkurangnya ketegangan otot
6. berkurangnya perasaan bergelora secara kefaalan
7. berkurangnya perasaan cemas dan emosi lain yang negatif
8. berkurangnya kekhawatiran
Dari hasil penelitian menurut Masters, et al (1987), model latihan relaksasi dewasa initidak lagi mempergunakan model Jacobson yang diniali terlalu banyak memakan waktu, maka cenderung mencari model yang lebih singkat, praktis, namun tetap memiliki efek terapeutik yang baik. Model yang singkat membutuhkan delapan sam pai sepuluh kali pertemuan. Latihan relaksasi lebih pen dek dari itu, tidak akan menghasilakn efek terapeutik yang diharapkan, sebagaimana dilaporkan oleh Hillenberg dan Collins (1982).
Latihan otogenik, sebagimana telah disebut adalah teknik pasif untuk menguasai timbulnya perasaan yang menggelora, latiahn yang menurut Schultz & Luthe (1969) meliputi enam latihan psikofisiologik, dengan sugesri diri (autosuggestion) sehingga perubahab-perubahan yang terjadi di dalam dirinya, lambat laun dapat terjadi di dalam dirinya. Latihan otogenik ini adalah latihan untuk merasakan berat dan panas pada anggota gerak, pengaturan aktivitas pada jantung dan paru-paru, merasakan panas pada perut dan perasaan dingin pada dahi. Latihan otogenik dianggap efektif untuk menyembuhkan penderita insomnia (sulit tidur) (Nicassio & Bootzin, 1974), penderita sakit kepala (migren) (Blancard, et al, 1978).
3 komentar

Nyanyian Kelapa

Membaca sebuah pesan di inbox email dari seorang teman, mengingatkan saya pada keinginan untuk menceritakan kisah pohon kelapa yang sering saya jumpai dalam perjalanan ke kota Kutoarjo. Vegetasi yang berjajar beriringan dengan jajaran rel-rel besi yang entah kapan akan berakhir. Ada pohon kelapa, ada pantai. Ya itu yang terlintas dalam pikiran saya ketika berjumpa dengan begitu banyaknya pohon kelapa yang berdiri tegak berkawan angin.
Sebuah review yang bagus, begitu katanya berkomentar atas balasan yang saya tulis untuknya. Dan dia bercerita dengan antusias karena pesan balasan itu, tak biasa. Karena, pohon.
Pohon, dua huruf vocal dan tiga konsonan memberi nama pada sesuatu yang memiliki akar, batang, daun sebagai eleman pokoknya, demikian halnya dengan pohon kelapa yang saya jumpai. Ketiga elemen tersebut bagi saya adalah sebuah representasi diri sesuai dengan fungsi pokoknya dalam organisme bernama pohon, tidak terlepas pohon kelapa.
Akar, sebuah representasi atas daya dukung saya untuk terus bertumbuh, tanpa akar saya tidak bisa menjelajahi alam, sekadar menghidupi dan dihidupi. Tanpa akar, saya terseok.
Batang, daya dukung tak kan ada artinya bila tidak bisa disalurkan, dan untuk sayam batang adalah media, jalan tol, penopang, perantara, mencapai aspirasi selebat dan seindah mahkota pohon, daun. Tanpa batang, saya tidak maksimal.
Dan daun, aspirasi, dalam banyak bentuk dan macam, dalam banyak guna dan manfaat, serta dalam banyak asa dan harapan, seperti halnya pohon kelapa. Apakah pohon kelapa merepresentasikan sesuatu seperti saya dan pohon? Ataukah pohon kelapa memberi petunjuk lain? Petunjuk karakteristik kehidupan?
Tak bisa terjawab di sini hanya dengan impresi-impresi yang terbatas horizon. Data dan fakta akan lebih berbicara. Tak perlu beradu metode, angka dan suara sejajar dan sama penting dalam data dan fakta.
Karakteristik Masyarakat dengan Vegetasi Pantai, menarik……..
2 komentar

Aku Malu

Manusia, rasio dan emosi,
terkadang terlalu angkuh mengakui kelemahan diri
Ku akui.

Aku,
tak mau berusaha tapi ingin sempurna
tak mau berpikir tapi berhasrat derajad
dan berdiam, berharap segala lebih
manusia, manusia seperti halnya aku

Aku,
ingin bahagia tapi tidak tahu apa yang membuat bahagia
ingin berbangga tapi tak sanggup berbuat
dan semua serba kurang, tak pernah cukup
seperti halnya aku, manusia

aku,
terlalu congkak, mengakui
terlalu kerdil, menampakkan
terlalu kecewa, berbesar hati
ah, sekali lagi manusia seperti halnya aku

Dan aku,
mengakui,
aku manusia dengan iri
2 komentar

Cinta dan Akademia

Hujan begitu istimewa menemaniku hari ini, betapa tidak, hujan mendinginkan dan membasahi duniaku.
Tak mampu berlindung di bawah payung (under my umbrella, kata rihanna), hujan membawaku menjelajahi suatu dimensi ruang yang juga sangat istimewa
Akademia
Suatu dimensi ruang yang mungkin akan jarang aku kunjungi kalo aku tidak menemukan hujan lagi di sini, di tempat ini
Ya…..aku diantara pilar-pilar tinggi beserta sesama yang mau mempertanyakan suatu hakikat
Sebuah academia, aku berbagi dunia dengan sesama dan dengan dirimu,
Dirimu yang sedang menjelajai angkasa raya dengan burung terbang dan bermimpi memeluk awan
Dirimu yang berasa bergerak bersama laju roda kehidupan dari akar
Dan dirimu yang aku yakin, dimanapun akan mencintaiku.
2 komentar

Oemar Bakri??

Pendidikan telah menjadi tema pokok besar kajian di berbagai kalangan akhir-akhir ini. Masalah pendidikan memang menjadi polemik dan perbincangan yang tidak habis-habisnya. Mulai dari system pendidikan, kesenjangan memperoleh pendidikan, sarana dan prasarana pendidikan, anggaran pendidikan, ujian nasional dan lebih utama lagi adalah tenaga pendidik yang merupakan garis depan pendidikan di Indonesia. Tenaga pendidik atau sering disebut guru, merupakan ujung tombak yang punya peran dan andil yang besar untuk memajukan pendidikan, tapi bagaimanakah penghargaan untuk guru-guru di Indonesia, sudahkan mendapatkan penghargaan yang semestinya? Pertanyaan besar yang harus segera di jawab mengingat era ilmu pengetahuan dan informasi yang semakin luas di jaman yang terus berputar seperti roda.
Guru yang notabene adalah pahlawan di Republik Indonesia ini sedang diusahakan pemerintah (ingat: diusahakan) agar mendapat penghargaan dan penghidupan yang lebih layak. Oleh karenanya, pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang dinilai akan memperbaiki kehidupan para guru, tidak lagi menjadi Oemar Bakri, kata Iwan Fals. Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah adalah perbaikan atau restrukturisasi system imbalan bagi para guru.
Perbaikan tersebut diharpkan tidak hanya dari data terpusat pemerintah, tetapi juga harus mempertimbangan kebutuhan dan aspirasi individu yang akan dikenai restrukturisasi, yaitu PNS guru. Faktor-faktor yang terkait dengan restrukturiasi sistem kompensasi haruslah sesuai dengan urutan prioritas yaitu golongan ruang, masa kerja, kebutuhan hidup minimal, kemampuan keuangan negara, prestasi, pendidikan, ketrampilan, inflasi, promosi, lingkungan kerja, wilayah kerja, sifat pekerjaan, jenis pekerjaan, dan demosi
Perjuangan untuk memperbaiki basib guru sekarang bisa dikatakan tidak sia-sia. Perjaungan tersebut akhirnya berhasil direalisasikan dengan dikeluarkannya kebijakan untuk merubah kehidupan guru oleh pemerintah, yaitu dengan sertifikasi guru. Tujuan utama adalah meningkatkan taraf hidup guru dengan mempertimbangkan prestasi dan kompetensi yang dimiliki oleh guru. Jika memenuhi syarat, kompensasi yang didapatkan cukup besar nominalnya, yaitu dua kali lipat. Sertifikasi tersebut adalah suatu bentuk kompensasi, dan bila hal tersebut terealisasi, akan menjadi kompensasi pelengkap ataukah justru menjadi kompensasi pokok yang menjadi sandaran hidup bagi para guru?
Pembayaran kompensasi, baik pelengkap maupun pokok harus berdasarkan hukum atau peraturan yang berlaku. Menilik dari mekanisme kerja kompensasi pelengkap yang ada, kompensasi ini harus lebih mampu mendorong pengembangan prestasi dan karier, peningkatan kesejahteraan serta mengeliminasi kemungkinan terjadinya penyalahgunaan wewenang. Sertifikasi guru, imbalan yang diterima di luar gaji pokok, layaknya patut dikategorikan sebagai kompensasi pelengkap sesuai dengan hukum dan standard aturan yang sudah diberlakukan. Akan tetapi, perlu diingat bahwa Implementasi sistem penggajian dan insentif PNS ini akan berdampak pada kemampuan pemerintah menyediakan anggaran. Dengan demikian sistem penggajian dan insentif PNS ini harus juga mempertimbangkan sumber-sumber pendanaan pemerintah sehingga tidak terjadi kemacetan pembayaran di tengah jalan. Kunci pokok keberhasilan kompensasi pelengkap adalah ketersediaan anggaran untuk keberlangsungan penggajian.
Sertifikasi guru, sebagai bentuk apresiasi pemerintah terhadap prestasi dan kompetensi guru memang seharusnya menjadi kompensasi pelengkap bagi pada guru yang sudah memenuhi kualifikasi. Gaji pokok yang bagi sebagian guru tidaklah mencukupi taraf hidup sehari-hari inilah yang menjadikan sertifikasi guru menjadi suatu kompensasi yang dipersepsikan bukan lagi sebagai pelengkap namun menjadi suatu hal yang pokok yang ditunggu-tunggu. Ketika menjadi suatu yang ditunggu-tunggu, akankah pemerintah sanggup berkelanjutan mendanai?
Sertifikasi guru menjadi harapan besar bagi para guru untuk meningkatkan taraf hidupnya. Penghargaan tidak hanya berupa sebutan pahlawan tanpa tanda jasa, tetapi profesi guru memang pantas untuk dihargai dengan imbalan yang sesuai dengan jasa-jasanya. Penghargaan yang layak setidaknya dapat menjadi awal bagi kemajuan system pendidikan Indonesia. Dedikasi, prestasi, dan kompetensi prima yang dimiliki guru secara tidak langsung tentu akan mempengaruhi cara pengajaran dan kualitas pendidikan di Indonesia. Kesinambungan pemberian kompensasi pelengkap dalam bentuk sertifikasi guru ini diharpkan dapat dijaga dan tidak terhenti di tengah jalan karena kondisi keuangan Negara, pergantian Undang-Undang, maupun konflik politik pemerintah. Harapan dan perjuangan untuk menjadikan guru sebagai profesi yang mendapat keadilan dan memperoleh imbalan yang sesuai dengan apa yang telah mereka sumbang akan terus berlanjut demi peningkatan kualitas pendidikan Indonesia.
3 komentar

Kartini

Kaum hawa, begitu sebutannya,
suatu golongan manusia yang sering ditempatkan pada posisi kedua hingga sejarah Kartini diperdengarkan.
Wanita, untuk dapat ditata, bukan lagi perempuan, yang memiliki.
Kanca wingking, sekali lagi.
Suatu konstruksi sosial atas ketidaksadaran kolektif yang mewaris.

Perlu berubah,
Perlu mengubah,
Perlu proses,
Dan,

Perlu dimengerti,
Untuk apa yang dialami dalam keadaan genting,
Tiap bulan,
dan awal hingga akhir perjuangan sembilan bulan,
Bertahan dalam nyeri, memaksa menahan dan berkompromi dengan situasi

Akhirnya bukan hanya Kartini,
Semua perempuan dapat mencetak sejarah.
Jumat, 30 April 2010 5 komentar

pertanyaan konyol.......

Saya merasa aneh sendiri ketika menyadari saya mempertanyakan suatu hal yahg bodoh. Pertanyaan tersebut sulit saya hindarkan dari benak saya.
Terkadang saya heran, kenapa diri saya bertanya untuk sesuatu yang memang sudah jamaknya seperti itu, dan semua orang melihatnya.
Saya bertanya tentang rel kereta api, spoor kata orang-orang Belanda.
Entah kebodohan atau keluguan saya, orang yang saya jumpai serta merta menertawakan pertanyaan saya dan entah apa yang ada di benak mereka ketika saya bertanya.
Rel yang panjang sejajar itu telah membuat saya gila.
Besi panjang dengan tumpuan kayu, telah mampu menahan beban kereta api yang tentunya tidak ringan.
Dengan jarak sejajar tertata rapi dari Jakarta sampai Surabaya, bagaimana mungkin coba, bayangkan!!!
Melintasi hutan, gunung, sungai, dan banyak lagi bentang alam yang dilaluinya, dan masuk goa juga.
Gila tu rel kereta api, hebat bener….
Yang hebat yang bikin besinya, yang masang, atau ada hal yang lain…
Revolusi Industri telah mengubah dunia, tapi mungkinkah akan ada revolusi pertanian di Indonesia ya, secara Indonesia adalah Negara agraris, kata orang-orang (gk nyambung, hehehe).
Hanya akan menjadi pertanyaan, adakah yang mau terlibat?
0 komentar

Kutoarjo (2)

Saya ingin berbagi cerita tentang perjalanan kedua saya mengunjungi teman-teman kecil saya di suatu tempat yang bagi saya juga sangat special. Ya, hari ini saya dan lagi-lagi dengan teman saya, yang kali ini kami hanya berdua kembali menempuh melewati sepasang jajaran besi panjang untuk sekadar berolahraga.
Awalnya tidak ada pikiran khususnya menempuh perjalanan panjang hanya untuk berolahraga, tapi memang begitu kenyataannya.
Setelah kembali saya ditemani surat kecil pengantar kami pergi yang nantinya akan berhamburan di tempat kami tuju dan deretan vegetasi yang sampai saat ini masih saya kagumi, oia teman saya berkata ‘teman, kamu sudah menyebut statement yang sama dari hari kemarin’, ya itu semata-mata karena kekaguman saya bertemu dengan deretan vegetasi yang sudah saya ceritakan sebelumnya, dan nanti akan saya ceritakan kenapa saya sangat mengaguminya, saya sampai di kota itu tetap dengan kuda besi yang siap sedia mengantar saya, kami lebih tepatnya.
Kali ini kami mencoba hal baru, berbekal ketidaktahuan dan sedikit bertanya, akhirnya kami sampai juga, setelah sebelumnya kami bertemu teman lama yang membuktikan bahwa dunia ini memang selebar daun kelor, piker saya.
Tepat di depannya kami turun, berjalan beberapa langkah, dan kembali bertemu dengan pintu besi yang bagi saya kali ini seakan menyentuh langit, terlalu berlebihan mungkin tapi itu yang saya rasakan saat itu.
Pintu terbuka dan AHA, waktu itu telah datang. Seperti yang sudah saya katakana, olahraga, ya itu tujuan kami. Ditemani teman-teman special kami, berolahragalah kami jadinya.
----------
Tak sanggup mendengar dan melihat rintihan sang bola yang kami pukul, lempar, dan sesekali kami tending, kami memutuskan berhenti, atau lebih tepatnya saya yang meminta berhenti. Tidak adil memang, tapi saya menginginkan dan berkuasa untuk menghentikannya.
adil, kemudian kata-kata itu merajai pikiran saya.
Tiba-tiba iba menyergap saya dari lamunan. Hari ini dan olahraga ini adalah hiburan mereka, teman-teman saya, dan saya tiba-tiba menginginkannya untuk berhenti? Adilkah saya?
Adilkah mereka di sini, saat ini dan sekarang. Kemudian saya terbayang 10 tahun yang akan datang tentang mereka, akan seperti apakah mereka?
Atas nama keadilan mereka menemani jeruji-jeruji besi tua itu samapi usia mereka 18, kemudian apakah atas nama keadilan, adilkah untuk mereka setelah sisa waktu itu?
Tak henti-hentinya saya berpikir, sebenarnya adakah keadilan bagi mereka yang atas nama kebenaran dan keadilan mereka harus menghabiskan sisa hidupnya di tempat yang akan sering saya datangi ini?
Dan saya jadi bingung –kata favorit saya ketika kehabisan kata-kata-
Bergunakah kemudian tempat ini? Tidak adakah tempat yang lebih layak untuk mengajari mereka kebenaran, kebaikan dan keadilan?
Kemudian saya teringat kata Roger dan Bandura, yang menurut teman-teman saya di tempat lain adalah tokoh psikologi, bahwa manusia sebenarnya memiliki potensi yang positif untuk berkembang, namun tetap ada juga pengaruh lingkungan dalam mengembangkan potensi tersebut. Dan apakah layak kemudian teman-teman special saya hidup dan berkembang di tempat itu?
Dan saya bingung untuk kedua kalinya.
Saya piker masih ada tempat lain yang lebih layak untuk mereka, tapi di mana? Pertanyaan besar yang memenuhi pikiran saya, sampai kuda besi yang membawa kami, saya dan teman saya kembali merayapi jajaran besi lurus panjang yang entah kapan besi itu akan bertahan (pertanyaan lagi muncul darimu, besi tua)
--------
Denting itu terdengar dan sekali lagi surat kecil pengantar perjalanan berhamburan, dan kali ini ditambah kepala saya yang penuh pertanyaan. Akankah pertanyaan itu akan terjawab?

Lapas Anak Kutoarjo
7 komentar

Conduct Disorder, Kepedulian Kita Bersama

Pernah mendengar istilah conduct disorder? Saya ingin sedikit berbagi cerita dari apa yang saya pahami tentang conduct disorder. Secara terjemahan ringan conduct disorder adalah gangguan tingkah laku, lalu tingkah laku apa yang bisa disebut conduct disorder?
Conduct disorder menurut perspektif ilmu yang saya geluti sampai sekarang hanya menjadi batasan istilah untuk individu dengan usia anak hingga remaja, kalau sudah menginjak dewasa, conduct disorder akan sering disebut sebagai perilaku antisosial atau antisocial behavior. Saya kurang tahu jelas apa yang menjadi penyebab individu mengalami conduct disorder. Menurut saya, ada banyak faktor yang bisa menyebabkan individu mengalami ‘disorder’, tidak hanya dari faktor psikis tapi lebih kompleks, yaitu faktor bio-psiko-sosial. Baik secara biologis, psikologis, dan sosial tidak dapat dipisahkan ketika pembahasan tentang manusia digulirkan, itulah kenapa manusia disebut makhluk yang kompleks. Daripada berbicara banyak tentang apa yang saya tidak tahu pasti, akan lebih baik berbicara tentang apa yang saya pahami saja.
Conduct disorder dari yang pernah saya baca dapat ditandai dengan (1) mereka memiliki sejarah yang menetap dalam melanggar aturan, berbohong, mencuri, agresi fisik, tidak menghormati hak milik orang lain, penggunaan obat terlarang, dan sering melawan otoritas, (2) gagal untuk mematuhi aturan norma sosial, melanggar hukum yang ditunjukkan dengan secara berulang menunjukkan perilaku melanggar aturan tersebut, (3) menunjukkan perilaku interaksi yang konfrontatif, agresif dengan pola yang argumentatif figur otoritas, (4) tidak mempunyai atau sedikit rasa menyesal jika telah menyakiti orang lain, (5) memiliki perilaku konsisten untuk menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi pada dirinya, (6) kurang adanya penghormatan pada kejujuran, ditambah intensi yang tinggi untuk berbohong, (7) sering memulai ‘pertempuran’ verbal maupun non verbal, (8) memiliki pola hidup berpindah dari kota ke kota tanpa tujuan yang jelas atau dari suatu wilayah ke wilayah yang lain dengan tanpa tujuan yang masuk pasti. Delapan saya rasa sudah cukup merepresentasikan (tidak tahan menulis banyak, )
Saya rasa dengan penggambaran delapan perilaku tersebut dapat setidaknya sedikit membuka wawasan baru mengenai conduct disorder.
Saya rasa dengan kesadaran terhadap conduct disorder bisa membuka mata hati dan pikiran kita bahwa ada individu lain yang membutuhkan perhatian kita. Perhatian bukan semata untuk mengamankan diri kita dari tindakan ‘anarki’ para conduct disorder, tetapi perhatian yang dibutuhkan adalah perhatian untuk mendampingi mereka para conduct disorder agar dapat menjalani hidup dengan lebih baik, lebih adaptif, dan mampu berperilaku yang lebih bisa diterima dalam interaksi sosial dalam kehidupan.
Menyebut bantuan agaknya terlalu muluk-muluk dalam kamus saya, karena saya sendiri tidak yakin apa saya bisa membantu. Saya lebih leluasa dengan istilah mendampingi mereka para conduct disorder. Mendampingi dalam hemat saya berarti bahwa saya dan individu yang saya dampingi setara dan dapat berproses bersama menuju ke arah kebaikan. Ya walaupun saya sendiri tidak mengetahui kebaikan itu konkritnya seperti apa, bukankah akan lebih mudah ketika berproses bersama, mengetahui bersama, belajar bersama apa yang dimaksud kebaikan.
Jadi, alangkah berwarnanya dunia manusia ini bila masih ada yang memiliki asa dan cita untuk lebih peduli pada lingkungan, tidak hanya lingkungan fisik hayati saja, tapi juga lingkungan psikologis dan sosial kita. Conduct disorder adalah gangguan yang masih bisa diminimalisir, maka kepedulian kita pada sekitar sangat dibutuhkan. Mendampingi mereka para conduct disorder untuk dapat memandang indah dunia dengan lebih bermakna, saya rasa akan sangat berarti untuk diri kita sendiri dan juga bagi mereka.
[To be continued]
Kamis, 01 April 2010 1 komentar

Aku dan Puisiku

Aku ingin berpuisi
Menyampaikan kata-kata yang terkadang tak di mengerti orang

Aku ingin berpuisi
Menyampaikan pikiran hati yang melupakan perasaannya

Aku ingin berpuisi
Mensatir sajak indah tentang kesedihan atau murka

Aku ingin berpuisi
Melantunkan melodi dalam pilihan diksi kata layaknya petikan biola

Aku ingin berpuisi
Hanya sekadar berceloteh tak ada makna

Dan aku ingin berpuisi
Menyampaikan kesombonganku pada dunia
Merangkai keangkuhanku dalam kata-kata

Hingga akhirnya hanya aku dan puisiku
1 komentar

Day 1

Ku mulai pagi ni dengan bersiap untuk pergi menemui teman-teman yang sangat special.
Pagi yang dingin membuatku malas beranjak dari pantai busa yang nyaman ini. Ku buka pelapis kulitku, membuka pintu dan berjalan menyusuri lorong-lorong bercahayakan biru pagi dengan semburat warna mentari. Ku selesaikan membasuh diri dan kukenakan anyaman rapi benang-benang yang telah ku pilih sebelumnya.

Menawan, ku bilang.

Pagutanku terjaga oleh deru suara mesin yang akan menghantarkanku menemui teman-teman special pagi ini, ku berlari dan tak lupa ku kenakan alas kaki yang sudah sekitar 6 tahun menemani hariku.

Pagi ini indah, pikirku.

Deretan orang sudah berjajar rapi menunggu surat kecil pengantar pergi, kami, aku dan seorang teman, pun larut di dalamnya. Perlahan merangsek ke depan ditemani bau yang selama ini ku benci, tapi pagi itu harus menggelitik hidungku, lekat.

Berhasil, kataku.

Bertemu pagar besi yang ramah tapi tetap Nampak elegan. Kusodorkan surat itu dan temanku menemani. Masuklah kami menunggu denting suara khas yang akan sering kami temui nantinya di hari yang sama dengan sekarang.

Satu, dua, dan beberapa menit berlalu, akhirnya dentingan itu berbunyi, menandakan surat kecil kami akan segera mempunyai arti.

Kuda besi, kulihat.

Surat-surat lain bertebaran, berganti surat-surat baru yang segera akan mempunyai arti seperti halnya perjalananku pagi ini. Tetapi cemas melandaku, tiga surat ini tak akan berarti tanpa hadirnya satu temanku lagi.

Denting silih berganti berbunyi dan sampai pada dentingan untuk kuda besiku, tapi dimanakah dia? Kami cemas menunggu, mengelus halus badan kuda besi ini untuk sabar menunggu, tak datang, tak berkabar, tak kunjung terlihat, cemas.

Dia akan datang yakinku.

Intuisiku tepat.

Akhirnya, kuda ini berlari menyusuri deretan vegetasi yang menakjubkan. Deretan pohon-pohon kelapa diterjang angin, melambai anggun seolah tahu begitu berartinya perjalanan ini bagiku, bagi kami.

Satu, setengah, dua … kuda besi telah sampai menghantarkanku menemui deretan besi-besi panjang entah dimana akan berakhir. Ku lalui dua diantara mereka.

Lega, batinku.

Entah dimana negri ini, tapi aku mulai mengukainya, ramah dan bersahabat.

Sampaikah kita, tanyaku.

Tanyaku belum terpuaskan, dua buah kreativitas menyambut kami. Ku naiki dengan tak sabar ingin merasakan sensasinya. Ya, mesin itu telah dipasang untuk mempermudah dan meringankan kerjanya, tak perlu lagi mengayuh, cukup dengan mengatur setir tempat duduk tiga roda ini berlari menyusuri jalan-jalan di negri yang mulai ku sukai ini. Berjalan, berputar, naik, turun, bertanya dan menemukan.

Sampai. Aku kembali bertemu dengan besi-besi panjang tapi kali ini penuh penjagaan. Merinding.

Aku ingin tahu.

Kami beranikan untuk masuk dan bertanya. Satu, dua, lima menit kami menunggu, dan aku tak ingin lebih lama lagi. Pintu kayu yang mengentuh atap itupun terbuka, setelah sebelumnya sepasang mata mengintip dari celah-celah jeruji yang juga hanya bisa untuk melihat sapasang mata yang mencarinya. Tertegun aku dibuatnya.

Masuk, batinku.

Kiri dan kananku tembok-tembok tinggi, ngeri, tapi kami punya lagi surat untuk mengaksesnya. Di keluarkanlah surat itu dari dompet salah satu temanku. Aha, kami berhasil menembusnya.

Jauh semakin dalam, semakin aku dibuat miris oleh keadaan ini. Besi-besi panjang itu semakin berjajar rapat, massif, dan sempit bercelah. Kunamai dia jeruji.
Jeruji apa yang kau jaga disini, tanyaku, kali ini dalam hati. Tak pernahkah kau lelah? Dan tak pernahkah kau merasa iba?, ku perpanjang tanyaku. Ku lihat kau begitu murka atas apa yang kau jaga di dalamnya. ku amati kau begitu tersayat atas apa yang menyentuhmu setiap hari. Ataukah malah kau merasa bangga atas tugasmu di sini? Aku belum menemukan apa yang kau rasa tapi aku, kami, ingin sekali mengenal apa yang kau jaga, apa yang menyentuhmu, dan apa yang membuatmu berada dan terjajar rapi di sini. Hingga bisa mengartikan apa yang kau rasa selama ini. Kecamuk ini menggelitikku untuk bertanya.
------------
Bisakah kami mengenal mereka lebih jauh? Menjadi teman berbagi cerita hari ini dan masa depan? Teman pengurang dahaga kerinduan akan udara? Teman tertawa di saat tak kuasa membendung rindu? Sahabat berbagi penawar murka dan angkara?
Kami pun ingin belajar dari mereka. Menyimak cerita kehidupan. Berbagi ilmu keteladanan. Mengisi kekosongan. Membenarkan yang salah dan menguatkan yang telah benar. Menyuarakan kegembiraan.

Mungkinkah itu? Kami ingin bersama mereka, di sela waktu kami dan mereka?
Getir.
Iba.
Tertahan.
-----------
Ketulusan.
-----------
Kuda besi kembali berlari sekuat tenaga membawa kami kembali nyata. Bertemu lagi vegetasi yang baru ku temui tadi pagi, menenami, tersenyum, dan menghantarkan kami pulang.

Denting itu berbunyi dan surat-surat kecil pengantar perjalanan kembali berhamburan. Aku tiba.

Ku nikmati dan ku resapi. Awal dari sebuah perjalanan panjang yang akan memberikan arti tersendiri bagi kami, terutama bagiku.

Kami telah bertemu mereka, teman-teman kecilku yang special.
Hidup kalian masih panjang, ijinkan aku, kami ikut bersama menikmati setiap langkah kalian teman, karena kalian berarti.

ya, karena kalian berarti.

Lapas Anak Kutoarjo
6 Maret 2010.
Rabu, 31 Maret 2010 2 komentar

Sebuah Momen untuk di Ingat

Aku ingin menuliskan sesuatu yang menurutku berharga sebagai tulisanku pertama

Sebenarnya hanya kutipan, tetapi mengingatkanku pada momen spesial di suatu tempat dan suatu waktu

Ku rasa, dia akan mengijinkanku mengutipnya di sini

Tanpa harus aku aku terkena Undang-Undang Hak Cipta nanti

Ya, aku akan mengutip sebuah puisi

Terkenal, dari Sapardi Djoko Damono, Aku Ingin Mencintaimu

"aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada"

Di tempat yang sekarang sudah beralih fungsi, bersama dengan seseorang yang sekarang terpisah jarak, dan di waktu yang telah berlalu kemudian,

Aku mendengarkan puisi ini.

Partikel-partikel itu tidak lagi melayang di udara, tetapi sudah menemukan wujudnya, Kita.

petualangan baru

petualangan baru, bisa dikatakan demikian
bercengkrama dengan manusia yang ditakuti awam
yang memandang masa depan ntah kemana arahnya

butuh empati dan dukungan
namun terjebak pada simpati dan kasihan

butuh proteksi dan kasih sayang
tapi terkungkung pada kebebasan sekaligus keterpurukan

dalam dan dalam
lalu semakin larut pada ketidakberdayaan

berandai akan asa
tak urung terbang bersama waktu yang membelenggu

satu, dua
hanya keteraturan yang membuatnya tetap mengada

-untukmu, teman-teman baruku-

Mengenang Perjalanan Bersama ‘The Backbone’ (1) ; Ciptakan Peluang

Letih lelah setelah menghadiri perhelatan akbar pertama dari distrik 205, perjalanan pun dilanjutkan. Sampai di ‘wisma lelah’ lebih dulu dari beberapa teman yang pulang mendahului tidak juga membuat saya lebih cepat berkemas dibanding mereka. Pernak-pernik yang saya lakukan membuat acara benah-benah saya menjadi lebih lambat. Demi gendongan yang nyaman, pikir saya.
Kenyamanan menggendong akan berpengaruh pada perjalanan saya selanjutnya, menemui ‘the backbone’. Dimulai dengan agak elit, dan juga agak tidak sopan karena meminjam nama teman yang sudah pulang mendahului, tibalah kami (saya dan dua orang teman) di dimensi ruang penuh kepulan asap, asap kendaraan maupun rokok.
Datang untuk menunggu. Ya, menunggu beberapa saat menjadi saat yang bagi saya terasa sangat lama karena salah satu teman saya terlambat datang. Menunggu memang menjemukan tapi saya menemukan sebuah kearifan dalam menunggu. Tidak lagi melatih kesabaran, tetapi bergerilya mencari peluang. Dan peluang itu saya dapatkan. Berbekal obrolan ringan, saya mendapatkan teman baru dan informasi penting untuk bertemu dengan ‘the backbones’ (terimakasih bapak dan ibu PMI!).
Telepon bordering dan berangkatlah kami, saya dan tiga rekan saya, menjelajahi dimensi ruang lain yang tidak kami kenal sebelumnya. ‘the backbone’, kami datang.
Trip kali ini lebih elite dan penuh konspirasi (ketua rombongan, kami menuntut tanggung jawabmu!). Berdalih mengejar waktu, kami berangkat dengan armada yang sangat ‘layak’ untuk sebuah perjalanan petualangan, bus patas cepat. Tapi apa daya waktu ternyata tak bisa di kejar, dan petangpun menyambut kedatangan kami. Dalam temaram petang, tak tahu arah dan tujuan, hampir tersesat, dan hampir pula tertipu, akhirnya kami bertemu dengannya, ‘the backbone’.
’25.000 perorang mba, tapi nunggu penuh dulu atau 250.000 langsung berangkat????’ kami berempat!.
30 menit, 60 menit, 90 menit….hampir menyerah.
Tak ubahnya pengemudi mencari penumpang, kami pun, sekali lagi, menemukan peluang dari menunggu. Berharap akan ada penumpang yang ikut serta, kami meneriakkan nama tempat yang akan kami datangi, sebuah negeri impian, berlagak kondektur bus!
90+20 menit berlalu….hampir sangat menyerah, berbayang menghamburkan 2x lipat lembaran di dompet dari yang seharusnya, otak kami bekerja lebih keras.
‘negeri impian pak? Seorangnya berapa ya? Harus nunggu penuh? Oke, saya 150, adek-adek ini 100’?????? (bengong, apa maksudnya?)
Beberapa saat kemudian, ‘the backbone’ terguncang, horeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee, atau entah apa namanya. 25.000 dengan 5 penumpang! Mustahil.
Sekali lagi, ciptakan peluang, dan kali ini berkesempatan bertemu ‘dewa’. Berbahagialah ketika menunggu, teman! karena akan datang peluang yang tidak terduga.
‘the backbone’ I luv uuuuuuuuuuuuuuuuuuuu…………’ dan berangkatlah kami menuju negeri impian ditemani cahaya petang dan angin malam, melintasi jalan berliku, tikungan dan tanjakan tajam, suara mesin menderu, dan sesekali tawa celoteh aneh dan ‘panas’ dari kawan yang duduk di belakang.
‘liat di internet aja kan bisa’(???????)

Di atas negeri impian, Cerita sebuah perjalanan yang menguras batin sekaligus kantong

Bermula dari rencana untuk menambah kebahagian seorang teman di hari bahagianya, saya dan beberapa orang teman pun berencana ingin ikut juga membahagiakan diri. Ya, membahagiakan diri di selang padatnya rutinitas yang menjemukan, walaupun pada akhirnya hanya saya dan beberapa dari beberapa orang tepat yang bulat pendapat.
Terucaplah kata, “ok, ayo kita ke Surabaya (dengan tanda seru)”
Dimulailah perjalanan kami. Perjalanan nekat karena tidak ada satu diantara kami yang mengerti Surabaya secara ‘ekonomis’. Bermodal tas ransel penuh dan segelintir lembaran di dompet, berangkatlah kami dengan kereta api (rel, saya mengingat). Bertekad memcarkan rekor muri, duduk mundur dari Jogja – Surabaya, berangkatlah kami ke Surabaya. Perjalanan mencari negeri di atas awan.
Kereta terus melaju dengan kecepatan tinggi melintasi rel (favorit saya..,) ditemani temaram malam. Hingga cacing-cacing di perut sudah berubah menjadi naga, berharap kami untuk segera tiba di stasiun Madiun, untuk mencoba masakan khas dari ibu kita bersama saat itu (terimakasih tante!). Pecel Madiun, sajian khas berselera kata Katon Bagaskara.
Detik demi detik berlalu hingga enam jam kami di atas besi tua itu. Enam yang “panas”. Enam jam perjalanan yang tak henti-hentinya kami memekakkan gendang telinga para penumpang lain, dengan berita hangat seputar video panas dari aktris beken ibukota. Ironi dunia modern. Dan hanya topic itu yang kami bicarakan selama enam jam, sudah muak sekarang membayangkan.
Surabaya!!!!
Setelah satu jam menunggu, datanglah sarana kami berkeliling Surabaya nantinya, menikmati malam panjang di daratan Surabaya, kota kenangan tak kan terlupa. Menjelajah malam, mengotori Surabaya dengan asap, dan memuaskan nafsu,
Pecinan, pearaban, pemaduraan……
Sunan ampel dan roti maryam (perut saya tidak tahan kambing, sekali lagi)…..
Suramadu….
Gang Doli….
Masjid Agung…
Dan ya, tempat-tempat itu akan menempati porsi yang berbeda dalam setiap tarikan kata nanti, dan berakhirlah Surabaya malam ini.

Senam otak Membantu komunikasi, konsentrasi, kecerdasan dan mengatasi stress

Apa itu brain gym?
Braun gym atau senam otak adalah suatu rangkaian latihan gerak sederhana, cepat, menarik dan memudahkan kegiatan belajar. Rangkaian kegiatan ini sesuai untuk semua orang. Berguna dalam mempersiapkan seorang menyesuaikan dengan kehidupan sehari-hari. Dapat menambah atau meningkatkan ketrampilan khusus dalam hal berpikir dan koordinasi, memudahkan kegiatan belajar.

Otak terbagi menjadi 4 bagian
1. cerebral kiri
logikal, faktual, kritikal, teknikal, analitical, kuantitatif
2. cerebral kanan
visual, holistik, intuitif, inovatif, konseptual, imaginatif
3. sistem limbik kiri
konsevatif, terstruktur,sekuensial, terorganisasi, rinci, terencana
4. sistem limbik kanan
interpersonal, kinestetik, emosional, spiritual, sensori, perasaan.

Manfaat senam otak
Secara jasmani
- terlihat lebih sehat dan lincah
- lebih bersemangat dalam belajar
- bagi yang kurang dapat berjalan dengan baik, menjadi bisa berjalan bahkan meloncat.
- Peningkatan keseimbangan tubuh
Kemampuan belajar
- lebih mampu berkonsentrasi dalam belajar
- mengalami peningkatan prestasi
- menjadi lebih pandai berhitung, membaca, dan menulis
- semangat dan gairah belajarnya meningkat
- kemmapuan mengingat bertambah lama

Persiapan yang diperlukan sebelum belajar/melakukan kegiatan (PACE)
PACE Gerakan Tujuan
POSITIF Hooks-up Melepaskan ketergangan dan stress emosional
AKTIF Silang Mengaktifkan belahan otak kiri dan otak kanan
CLEAR/JELAS Saklar otak Merangsang produksi sel saraf (neurotransmitter) untuk melancarkan hubungan antar sel-sel otak
ENERGETIC air Media penghantar listrik dalam tubuh

Dilakukan setiap pagi sebelum pelajaran/kegiatan dimulai dan setiap saat bila diperlukan perhatian dan konsentrasi

Gerakan hooks-up
- lakukan bagian 1 dan 2 selama 1 menit
- mengurangi kepekaan yang berlebihan (terlalu sensitif atau emosional)
- lebih rileks (ketegangan otak dan pikian mengendur)
- keseimbangan dan koordinasi tubuh
- meningkatkan rasa percaya diri
- meningkatkan kemampuan dalam memperhatikan sesuatu
- meningkatkan kemampuan menghadapi tantangan

Gerakan silang
- lakukan 2-3 menit beberapa kali/hari
- mengaktifkan dua belahan otak
- meningkatkan daya pikir dan daya ingat
- merangsang kelancaran cairan otak
- meningkatkan koordinasi tubuh
- menyeimbangkan emosi
- meningkatan penglihatan da pendengaran
- meningkatkan IQ
- menghilangkan kekakuan/stress
- berhubungan dengan kemampuan mengeja, menulis, menyimak dan pemahaman

Saklar otak
- lamanya sekitar 20-30 detik
- melancarkan aliran daah yang kaya zat asam ke otak
- menyeimbangkan indra pendengaran yang berpengaruh pada kemampuan belajar
- meningkatkan penglihatan dan kemampuan menyebrang garis tengah, keseimbangan badan, kerjasama mata kanan dan kiri
- melancarkan pengiriman info dari otak kanan-ke sisi tubuh kiri dan sebaliknya, mamu membedakan huruf

Titik positif
- lamanya 30 detik sampai 1 menit
- menghilangkan kekhawatiran, ketegangan dan ketakutan
- membuat pikiran menjadi tenang dan positif
- mengatasi lupa karena gugup
- menunjang ingatan jangka panjang dalam pengetahuan

Gerakan tidur (lazzy-8)
- lakukan 5 kali dengan masing-masing tangan dan 5 kali dengan dua tangan bersamaan
- mengaktifkan dau belahan otak untuk kerjasama dengan baik
- meningkatkan penglihatan perifer dan kemampuan mengikuti sesuatu dengan mata
- menghilangkan kesalahan membedakan huruf dan bentuk
- membedakan dan menghafal simbol dengan mudah

Penguapan berenersi
- lamanya 3- 6 kali
- tujuan
1. mengurangi ketegangan di kepala
2. memulihkan keseimbangan tulang-tulang kepala
3. membuat informasi dari dan ke otak berjalan lebih lancar
4. memudahkan proses belajar
- prosedur
1. pijat otot-otot di sekitar persendian rahang sambil membuka mulut s akan-akan ingin menguap
2. menguapkan dengan bersuara untuk melemaskan otot-otot tersebut
- manfaat
1. merilekskan otak, merangsang kreativitas menulis
2. menunjang kemampuan baca bersuara, bicara di depan umum
3. mempermudah membedakan info pentin dan yang kurang penting
4. meningkatkan kemampuan melihat

Pasang telinga
- lamanya 3 kali atau lebih dipijat dari atas ke bawah
- tujuan
1. membantu mengatasi kesulitan mendengar
2. mempengaruhi fungsi otak dan fungsi-fungsi badan lainnya
- prosedur
1. dengan menggunakan jari telunjuk dan jempol, daun telinga dipijit dari atas ke bawah
2. sambil memijit dun telinga dapat menyanyikan lagu atau mendengarkan bunyi-bunyian tertentu.
- manfaat
1. meningkatkan enersi telinga dan keseimbangan
2. mempengaruhi kemampuan mendengar suara sendiri
3. meningkatkan kemampuan berbicara dan menyanyi
4. mengaktifkan ingatan dan daya ingat
5. menunjang kemampuan matematika lisan

Burung manguni
- lamanya kira-kira 10 kali
- tujuan
1. menghilangkan kekakuan otot tengkuk dan leher, bila banyak belajar dan membaca
2. menunjang penglihatan dan pendengaran
3. menunjang kelenturan kepala agar dapat berputar dan bergerak lebih luas
- prosedur
1. urut otot bahu sambil miringkan kepala ke samping kiri dan kanan
2. waktu mengurut bahu kiri dengan tangan kanan, menolehkan ke kiri, demikian sebaliknya.
3. tarik nafas pada saat kepla di posisi tengah, kemuidan buang nafas ke samping atau ke otot yang tegang
4. ulangi dengan tangan ke bahu yang lain
- manfaat
1. mengintegrasikan otak bagian belakang dan bagian depan
2. melancarkan bahasa dan komunikasi
3. dapat memperhatikan lebih lama
4. meningkatkan kreativitas menulis
5. lebih mampu mengerjakan dan menyelesaikan tugas
6. berhubungan dengan pemahaman membaca, mendengarkan, dan kemampuan menulis kreatif

(sumber: evaluasi transfer brain gym 1999-2001, pusat latihan yayasan kesehatan GMIM)

Relaksasi

Keadaan relaks adalah keadaan pada mana seseorang berada dalam keadaan tenang, dalam suasana emosi yang tenang. Untuk mencapai keadaan seperti ini, diperlukan suatu teknik melalui berbagai prosedur antara lain prosedur aktif dan prosedur pasif.
Relaksasi adalah komponen dasar penting alam kegiatan terapeutik. Teknik relaksasi yang berkaitan dengan terapi perilaku, mulai dikembangkan sejak jaman Edmud Jacobson pada awal tahun 30-an. Jacobson dikenal sebagi orang pertama yang melakukan penelitian dalam bidang psikofisiologik mengenai relaksasi. Jacobson menemukan jika seseorang berada dalam keadaan relaks yang dalam, ia tidak akan memperlihatkan respons terkejut terhadap suara keras. Pada tahun 1983, Jacobson membuat teknik relaksasi yang disebut sebgai teknik atau latihan relaksasi progresif (progessive ralaxation training) untuk membawa seseorang sampai ke keadaan relaks pada otot-ototnya. Jacobson percaya bahwa jika seseorang berada dalam keadaan seperti itu, akan terjadi pengurangan timbulnya reaksi emosi yang menggelora, baik pada susunan pusat syaraf, maupun pada susunan syaraf otonom dan lebih lanjut dapat meningkatkan perasaan segar dan sehat, jasmani maupun rohani. Hal ini sesuai dengan teori emosi Jame-Lange, yang mengemukakan adanya interaksi antara emosi, misalnya kecemasan, dengan kondisi tubuh, misalnya peregangan pada otot-otot. Jadi jika seseorang dapat mengurangi ketegangan dan peregangan pada otot-ototnya, maka akan terjadi juga pengurangan ketegangan atau kecemasan, dan akibat-akibat lain karena keadaan tersebut.
Pada waktu yang bersamaan, ketika Jacobson mempergunakan teknik aktifnya, yakni pda tahun 1932, seorang dokter di Jerman bernama Johannes Schultz, memperkenalkan teknik pasif agar seseorang dapat menguasai munculnya emosi yang bergelora, yang dikenal dengan latihan otogenik (autogenic training). Pasien tidak lagi tergantung pada terapisnya, tetapi melalui teknik sugesti diri (auto suggestion technique), seseorang dapat melakukan sendiri perubahan kefaalan di dalam dirinya sendiri, juga bisa mengatur permunculan-permunculan dari emosinya pada tingkatan maksimal yang dikehendaki.
Pada tahun 50-an, seorang tokoh aliran behavioristik, bernama Joseph Wolpe, mempergunakan relaksasi progresif sebagai dasar untuk melakukan pengebalan sistematik. Teknik relaksasi yang dilakukan Wolpe ini adalah modifikasi dari tekniknya Jacobson yang dianggap oleh Wolpe memakan waktu terlalu lama, sehingga dia memodifikasi teknik yang lebih pendek, lebih sederhana dan lebih mudah dilakukan. Dalam perkembangannya lebih lanjut, tekniklatihan relaksasi progresif dipakai sebagai teknik tersendiri, jadi tidak lagi sebagai bagian dari teknik terapi perilaku seperti misalnya, pengebalan sistematik. Sebagai teknik yang dipakai tersendiri, latihan relaksasi progresif dipakai untk menghadapi pasien atau klien dengan masalah kecemasan umum dan kronis, bahkan akhir-akhir ini bidangnay lebih luas lagi dan kepada para pasien atau klien, diajarkan untuk bisa melakukannya sendiri (selfhelp) dengan mempergunakan alat biofedback agar pasien mengetahui saat-saat tercapainya keadaan relaks.
Dalam melaksanakan latihan relaksasi progresif terdapat beberapa model setelah model Jacobson dianggap tidak sesuai, antara lain karena dinilai kurang efisien, maka muncul medel lain yang terkenal yakni model Bernstein dan Borkovec (1973) dan Bernstein dan Given (1984). Model mereka membutuhkan waktu sekitar 35-40 menit dan meliputi 14 kelompok otot. Dasar umum untuk melaksanakan ini diberikan oleh Bernstein dan Given (1984) sebgai berikut :
1. mengajarkan klien bagaimana meregangkan otot-otot
2. klien memulai meregangkan otot setelah terapis mengatakan “sekarang”. Peregangan dipertahankan selama lima sampai tujuh detik. Perhatian klien dipusatkan pada timbulnya perasaan karena peregangannya dengan ucapan yang tepat.
3. klien mengendorkan peregangan dan memulai relaks setelah mendengar perkataan relaks. Suruhlah klien memusatkan pada perasaan relaks sebagai pengganti perasaan tegang. Pakailah ucapan-ucapan yang tepat untuk membantu klien mengarahkan perhatian secara langsung, agar merasakan relaks (yang disertai perasaan nyaman) selama kira-kira 30-40 detik.
4. ulangi siklus peregangan-peregangan pada otot yang sama, tetapi beri waktu sedikit lebih banyak unruk melrasakan relaks, yakni sekitar 40-50 detik.
5. meminta klien untuk memberikan tanda (misalnya, dengan mengangkat jari) kalau ototnya tidak sepenuhnya relaks. Dalam keadaan demikian, dapat diulang.
6. sering kali terjadi jika klien diminta melakukan peregangan pada sesuat kelompok otot, kelompok otot lain akan terpengaruh dan ikut regang. Karena itu setelah latihan pertama, kepada klien diminta hanya meregangkan pada kelompok yang diminta dan mencegah agar kelompok lain tidak terpengaruh.
7. pengulangan langkah-langkah tersebut di atas untuk kelompok otot yang lain sampai ke -14 kelompok otot telah dilakukan.
Setelah ke-14 kelompok otot terjadi pelemasan, terapis mengarahkan perhatian pasien atau klien agar merasakan relaks (nyaman) pada seluruh tubuh, melalui ucapan-ucapan sugestif dan menyuruhnya melakukan pernafasan dalam. Setelah itu baru dilakukan langkah-langkah lebih lanjut. Ke-14 kelompok otot tersebut ialah:
1. yang dominan pada tangan dan lengan
2. yang tidak dominan pada tangan dan lengan
3. dahi dan mata
4. pipi bagian atas dan hidung
5. dagu, muka bagian bawah, leher
6. pundak, punggung bagian atas, dada
7. perut
8. pinggul
9. yang dominan pada paha
10. yang dominan pada kaki
11. yang dominan pada tapak kaki
12. yang tidak dominan pada paha
13. yang tidak domianan pada kaki
14. yang tidak dominan pada tapak kaki
Jika pasien atau klien berhasil mencapai keadaan relaks setelah tiga kali pertemuan, pengelompokan otot bisa diperbesar menjadi lima kelompok, yaitu:
1. lengan dan tangan bersama-sama
2. semua otot muka
3. dada, pundak, punggung bagain atas, perut
4. pinggul dan pangkal paha
5. kaki dan tapak kaki
Efek dari latihan menurut Masters, et al (1987), adalah:
1. meningkatnya pemahaman mengenai ketegangan otot
2. meningkatnya kemampuan untuk menguasai ketegangan otot
3. meningkatnya kemampuan untk menguasai kegiatan yang terjadi dengan sendirinya
4. meningkatnya kemampuan untuk menguasai kegiatan kognitif, meliputi pemusatan perhatian (konsentrasi).
5. berkurangnya ketegangan otot
6. berkurangnya perasaan bergelora secara kefaalan
7. berkurangnya perasaan cemas dan emosi lain yang negatif
8. berkurangnya kekhawatiran
Dari hasil penelitian menurut Masters, et al (1987), model latihan relaksasi dewasa initidak lagi mempergunakan model Jacobson yang diniali terlalu banyak memakan waktu, maka cenderung mencari model yang lebih singkat, praktis, namun tetap memiliki efek terapeutik yang baik. Model yang singkat membutuhkan delapan sam pai sepuluh kali pertemuan. Latihan relaksasi lebih pen dek dari itu, tidak akan menghasilakn efek terapeutik yang diharapkan, sebagaimana dilaporkan oleh Hillenberg dan Collins (1982).
Latihan otogenik, sebagimana telah disebut adalah teknik pasif untuk menguasai timbulnya perasaan yang menggelora, latiahn yang menurut Schultz & Luthe (1969) meliputi enam latihan psikofisiologik, dengan sugesri diri (autosuggestion) sehingga perubahab-perubahan yang terjadi di dalam dirinya, lambat laun dapat terjadi di dalam dirinya. Latihan otogenik ini adalah latihan untuk merasakan berat dan panas pada anggota gerak, pengaturan aktivitas pada jantung dan paru-paru, merasakan panas pada perut dan perasaan dingin pada dahi. Latihan otogenik dianggap efektif untuk menyembuhkan penderita insomnia (sulit tidur) (Nicassio & Bootzin, 1974), penderita sakit kepala (migren) (Blancard, et al, 1978).

Nyanyian Kelapa

Membaca sebuah pesan di inbox email dari seorang teman, mengingatkan saya pada keinginan untuk menceritakan kisah pohon kelapa yang sering saya jumpai dalam perjalanan ke kota Kutoarjo. Vegetasi yang berjajar beriringan dengan jajaran rel-rel besi yang entah kapan akan berakhir. Ada pohon kelapa, ada pantai. Ya itu yang terlintas dalam pikiran saya ketika berjumpa dengan begitu banyaknya pohon kelapa yang berdiri tegak berkawan angin.
Sebuah review yang bagus, begitu katanya berkomentar atas balasan yang saya tulis untuknya. Dan dia bercerita dengan antusias karena pesan balasan itu, tak biasa. Karena, pohon.
Pohon, dua huruf vocal dan tiga konsonan memberi nama pada sesuatu yang memiliki akar, batang, daun sebagai eleman pokoknya, demikian halnya dengan pohon kelapa yang saya jumpai. Ketiga elemen tersebut bagi saya adalah sebuah representasi diri sesuai dengan fungsi pokoknya dalam organisme bernama pohon, tidak terlepas pohon kelapa.
Akar, sebuah representasi atas daya dukung saya untuk terus bertumbuh, tanpa akar saya tidak bisa menjelajahi alam, sekadar menghidupi dan dihidupi. Tanpa akar, saya terseok.
Batang, daya dukung tak kan ada artinya bila tidak bisa disalurkan, dan untuk sayam batang adalah media, jalan tol, penopang, perantara, mencapai aspirasi selebat dan seindah mahkota pohon, daun. Tanpa batang, saya tidak maksimal.
Dan daun, aspirasi, dalam banyak bentuk dan macam, dalam banyak guna dan manfaat, serta dalam banyak asa dan harapan, seperti halnya pohon kelapa. Apakah pohon kelapa merepresentasikan sesuatu seperti saya dan pohon? Ataukah pohon kelapa memberi petunjuk lain? Petunjuk karakteristik kehidupan?
Tak bisa terjawab di sini hanya dengan impresi-impresi yang terbatas horizon. Data dan fakta akan lebih berbicara. Tak perlu beradu metode, angka dan suara sejajar dan sama penting dalam data dan fakta.
Karakteristik Masyarakat dengan Vegetasi Pantai, menarik……..

Aku Malu

Manusia, rasio dan emosi,
terkadang terlalu angkuh mengakui kelemahan diri
Ku akui.

Aku,
tak mau berusaha tapi ingin sempurna
tak mau berpikir tapi berhasrat derajad
dan berdiam, berharap segala lebih
manusia, manusia seperti halnya aku

Aku,
ingin bahagia tapi tidak tahu apa yang membuat bahagia
ingin berbangga tapi tak sanggup berbuat
dan semua serba kurang, tak pernah cukup
seperti halnya aku, manusia

aku,
terlalu congkak, mengakui
terlalu kerdil, menampakkan
terlalu kecewa, berbesar hati
ah, sekali lagi manusia seperti halnya aku

Dan aku,
mengakui,
aku manusia dengan iri

Cinta dan Akademia

Hujan begitu istimewa menemaniku hari ini, betapa tidak, hujan mendinginkan dan membasahi duniaku.
Tak mampu berlindung di bawah payung (under my umbrella, kata rihanna), hujan membawaku menjelajahi suatu dimensi ruang yang juga sangat istimewa
Akademia
Suatu dimensi ruang yang mungkin akan jarang aku kunjungi kalo aku tidak menemukan hujan lagi di sini, di tempat ini
Ya…..aku diantara pilar-pilar tinggi beserta sesama yang mau mempertanyakan suatu hakikat
Sebuah academia, aku berbagi dunia dengan sesama dan dengan dirimu,
Dirimu yang sedang menjelajai angkasa raya dengan burung terbang dan bermimpi memeluk awan
Dirimu yang berasa bergerak bersama laju roda kehidupan dari akar
Dan dirimu yang aku yakin, dimanapun akan mencintaiku.

Oemar Bakri??

Pendidikan telah menjadi tema pokok besar kajian di berbagai kalangan akhir-akhir ini. Masalah pendidikan memang menjadi polemik dan perbincangan yang tidak habis-habisnya. Mulai dari system pendidikan, kesenjangan memperoleh pendidikan, sarana dan prasarana pendidikan, anggaran pendidikan, ujian nasional dan lebih utama lagi adalah tenaga pendidik yang merupakan garis depan pendidikan di Indonesia. Tenaga pendidik atau sering disebut guru, merupakan ujung tombak yang punya peran dan andil yang besar untuk memajukan pendidikan, tapi bagaimanakah penghargaan untuk guru-guru di Indonesia, sudahkan mendapatkan penghargaan yang semestinya? Pertanyaan besar yang harus segera di jawab mengingat era ilmu pengetahuan dan informasi yang semakin luas di jaman yang terus berputar seperti roda.
Guru yang notabene adalah pahlawan di Republik Indonesia ini sedang diusahakan pemerintah (ingat: diusahakan) agar mendapat penghargaan dan penghidupan yang lebih layak. Oleh karenanya, pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang dinilai akan memperbaiki kehidupan para guru, tidak lagi menjadi Oemar Bakri, kata Iwan Fals. Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah adalah perbaikan atau restrukturisasi system imbalan bagi para guru.
Perbaikan tersebut diharpkan tidak hanya dari data terpusat pemerintah, tetapi juga harus mempertimbangan kebutuhan dan aspirasi individu yang akan dikenai restrukturisasi, yaitu PNS guru. Faktor-faktor yang terkait dengan restrukturiasi sistem kompensasi haruslah sesuai dengan urutan prioritas yaitu golongan ruang, masa kerja, kebutuhan hidup minimal, kemampuan keuangan negara, prestasi, pendidikan, ketrampilan, inflasi, promosi, lingkungan kerja, wilayah kerja, sifat pekerjaan, jenis pekerjaan, dan demosi
Perjuangan untuk memperbaiki basib guru sekarang bisa dikatakan tidak sia-sia. Perjaungan tersebut akhirnya berhasil direalisasikan dengan dikeluarkannya kebijakan untuk merubah kehidupan guru oleh pemerintah, yaitu dengan sertifikasi guru. Tujuan utama adalah meningkatkan taraf hidup guru dengan mempertimbangkan prestasi dan kompetensi yang dimiliki oleh guru. Jika memenuhi syarat, kompensasi yang didapatkan cukup besar nominalnya, yaitu dua kali lipat. Sertifikasi tersebut adalah suatu bentuk kompensasi, dan bila hal tersebut terealisasi, akan menjadi kompensasi pelengkap ataukah justru menjadi kompensasi pokok yang menjadi sandaran hidup bagi para guru?
Pembayaran kompensasi, baik pelengkap maupun pokok harus berdasarkan hukum atau peraturan yang berlaku. Menilik dari mekanisme kerja kompensasi pelengkap yang ada, kompensasi ini harus lebih mampu mendorong pengembangan prestasi dan karier, peningkatan kesejahteraan serta mengeliminasi kemungkinan terjadinya penyalahgunaan wewenang. Sertifikasi guru, imbalan yang diterima di luar gaji pokok, layaknya patut dikategorikan sebagai kompensasi pelengkap sesuai dengan hukum dan standard aturan yang sudah diberlakukan. Akan tetapi, perlu diingat bahwa Implementasi sistem penggajian dan insentif PNS ini akan berdampak pada kemampuan pemerintah menyediakan anggaran. Dengan demikian sistem penggajian dan insentif PNS ini harus juga mempertimbangkan sumber-sumber pendanaan pemerintah sehingga tidak terjadi kemacetan pembayaran di tengah jalan. Kunci pokok keberhasilan kompensasi pelengkap adalah ketersediaan anggaran untuk keberlangsungan penggajian.
Sertifikasi guru, sebagai bentuk apresiasi pemerintah terhadap prestasi dan kompetensi guru memang seharusnya menjadi kompensasi pelengkap bagi pada guru yang sudah memenuhi kualifikasi. Gaji pokok yang bagi sebagian guru tidaklah mencukupi taraf hidup sehari-hari inilah yang menjadikan sertifikasi guru menjadi suatu kompensasi yang dipersepsikan bukan lagi sebagai pelengkap namun menjadi suatu hal yang pokok yang ditunggu-tunggu. Ketika menjadi suatu yang ditunggu-tunggu, akankah pemerintah sanggup berkelanjutan mendanai?
Sertifikasi guru menjadi harapan besar bagi para guru untuk meningkatkan taraf hidupnya. Penghargaan tidak hanya berupa sebutan pahlawan tanpa tanda jasa, tetapi profesi guru memang pantas untuk dihargai dengan imbalan yang sesuai dengan jasa-jasanya. Penghargaan yang layak setidaknya dapat menjadi awal bagi kemajuan system pendidikan Indonesia. Dedikasi, prestasi, dan kompetensi prima yang dimiliki guru secara tidak langsung tentu akan mempengaruhi cara pengajaran dan kualitas pendidikan di Indonesia. Kesinambungan pemberian kompensasi pelengkap dalam bentuk sertifikasi guru ini diharpkan dapat dijaga dan tidak terhenti di tengah jalan karena kondisi keuangan Negara, pergantian Undang-Undang, maupun konflik politik pemerintah. Harapan dan perjuangan untuk menjadikan guru sebagai profesi yang mendapat keadilan dan memperoleh imbalan yang sesuai dengan apa yang telah mereka sumbang akan terus berlanjut demi peningkatan kualitas pendidikan Indonesia.

Kartini

Kaum hawa, begitu sebutannya,
suatu golongan manusia yang sering ditempatkan pada posisi kedua hingga sejarah Kartini diperdengarkan.
Wanita, untuk dapat ditata, bukan lagi perempuan, yang memiliki.
Kanca wingking, sekali lagi.
Suatu konstruksi sosial atas ketidaksadaran kolektif yang mewaris.

Perlu berubah,
Perlu mengubah,
Perlu proses,
Dan,

Perlu dimengerti,
Untuk apa yang dialami dalam keadaan genting,
Tiap bulan,
dan awal hingga akhir perjuangan sembilan bulan,
Bertahan dalam nyeri, memaksa menahan dan berkompromi dengan situasi

Akhirnya bukan hanya Kartini,
Semua perempuan dapat mencetak sejarah.

pertanyaan konyol.......

Saya merasa aneh sendiri ketika menyadari saya mempertanyakan suatu hal yahg bodoh. Pertanyaan tersebut sulit saya hindarkan dari benak saya.
Terkadang saya heran, kenapa diri saya bertanya untuk sesuatu yang memang sudah jamaknya seperti itu, dan semua orang melihatnya.
Saya bertanya tentang rel kereta api, spoor kata orang-orang Belanda.
Entah kebodohan atau keluguan saya, orang yang saya jumpai serta merta menertawakan pertanyaan saya dan entah apa yang ada di benak mereka ketika saya bertanya.
Rel yang panjang sejajar itu telah membuat saya gila.
Besi panjang dengan tumpuan kayu, telah mampu menahan beban kereta api yang tentunya tidak ringan.
Dengan jarak sejajar tertata rapi dari Jakarta sampai Surabaya, bagaimana mungkin coba, bayangkan!!!
Melintasi hutan, gunung, sungai, dan banyak lagi bentang alam yang dilaluinya, dan masuk goa juga.
Gila tu rel kereta api, hebat bener….
Yang hebat yang bikin besinya, yang masang, atau ada hal yang lain…
Revolusi Industri telah mengubah dunia, tapi mungkinkah akan ada revolusi pertanian di Indonesia ya, secara Indonesia adalah Negara agraris, kata orang-orang (gk nyambung, hehehe).
Hanya akan menjadi pertanyaan, adakah yang mau terlibat?

Kutoarjo (2)

Saya ingin berbagi cerita tentang perjalanan kedua saya mengunjungi teman-teman kecil saya di suatu tempat yang bagi saya juga sangat special. Ya, hari ini saya dan lagi-lagi dengan teman saya, yang kali ini kami hanya berdua kembali menempuh melewati sepasang jajaran besi panjang untuk sekadar berolahraga.
Awalnya tidak ada pikiran khususnya menempuh perjalanan panjang hanya untuk berolahraga, tapi memang begitu kenyataannya.
Setelah kembali saya ditemani surat kecil pengantar kami pergi yang nantinya akan berhamburan di tempat kami tuju dan deretan vegetasi yang sampai saat ini masih saya kagumi, oia teman saya berkata ‘teman, kamu sudah menyebut statement yang sama dari hari kemarin’, ya itu semata-mata karena kekaguman saya bertemu dengan deretan vegetasi yang sudah saya ceritakan sebelumnya, dan nanti akan saya ceritakan kenapa saya sangat mengaguminya, saya sampai di kota itu tetap dengan kuda besi yang siap sedia mengantar saya, kami lebih tepatnya.
Kali ini kami mencoba hal baru, berbekal ketidaktahuan dan sedikit bertanya, akhirnya kami sampai juga, setelah sebelumnya kami bertemu teman lama yang membuktikan bahwa dunia ini memang selebar daun kelor, piker saya.
Tepat di depannya kami turun, berjalan beberapa langkah, dan kembali bertemu dengan pintu besi yang bagi saya kali ini seakan menyentuh langit, terlalu berlebihan mungkin tapi itu yang saya rasakan saat itu.
Pintu terbuka dan AHA, waktu itu telah datang. Seperti yang sudah saya katakana, olahraga, ya itu tujuan kami. Ditemani teman-teman special kami, berolahragalah kami jadinya.
----------
Tak sanggup mendengar dan melihat rintihan sang bola yang kami pukul, lempar, dan sesekali kami tending, kami memutuskan berhenti, atau lebih tepatnya saya yang meminta berhenti. Tidak adil memang, tapi saya menginginkan dan berkuasa untuk menghentikannya.
adil, kemudian kata-kata itu merajai pikiran saya.
Tiba-tiba iba menyergap saya dari lamunan. Hari ini dan olahraga ini adalah hiburan mereka, teman-teman saya, dan saya tiba-tiba menginginkannya untuk berhenti? Adilkah saya?
Adilkah mereka di sini, saat ini dan sekarang. Kemudian saya terbayang 10 tahun yang akan datang tentang mereka, akan seperti apakah mereka?
Atas nama keadilan mereka menemani jeruji-jeruji besi tua itu samapi usia mereka 18, kemudian apakah atas nama keadilan, adilkah untuk mereka setelah sisa waktu itu?
Tak henti-hentinya saya berpikir, sebenarnya adakah keadilan bagi mereka yang atas nama kebenaran dan keadilan mereka harus menghabiskan sisa hidupnya di tempat yang akan sering saya datangi ini?
Dan saya jadi bingung –kata favorit saya ketika kehabisan kata-kata-
Bergunakah kemudian tempat ini? Tidak adakah tempat yang lebih layak untuk mengajari mereka kebenaran, kebaikan dan keadilan?
Kemudian saya teringat kata Roger dan Bandura, yang menurut teman-teman saya di tempat lain adalah tokoh psikologi, bahwa manusia sebenarnya memiliki potensi yang positif untuk berkembang, namun tetap ada juga pengaruh lingkungan dalam mengembangkan potensi tersebut. Dan apakah layak kemudian teman-teman special saya hidup dan berkembang di tempat itu?
Dan saya bingung untuk kedua kalinya.
Saya piker masih ada tempat lain yang lebih layak untuk mereka, tapi di mana? Pertanyaan besar yang memenuhi pikiran saya, sampai kuda besi yang membawa kami, saya dan teman saya kembali merayapi jajaran besi lurus panjang yang entah kapan besi itu akan bertahan (pertanyaan lagi muncul darimu, besi tua)
--------
Denting itu terdengar dan sekali lagi surat kecil pengantar perjalanan berhamburan, dan kali ini ditambah kepala saya yang penuh pertanyaan. Akankah pertanyaan itu akan terjawab?

Lapas Anak Kutoarjo

Conduct Disorder, Kepedulian Kita Bersama

Pernah mendengar istilah conduct disorder? Saya ingin sedikit berbagi cerita dari apa yang saya pahami tentang conduct disorder. Secara terjemahan ringan conduct disorder adalah gangguan tingkah laku, lalu tingkah laku apa yang bisa disebut conduct disorder?
Conduct disorder menurut perspektif ilmu yang saya geluti sampai sekarang hanya menjadi batasan istilah untuk individu dengan usia anak hingga remaja, kalau sudah menginjak dewasa, conduct disorder akan sering disebut sebagai perilaku antisosial atau antisocial behavior. Saya kurang tahu jelas apa yang menjadi penyebab individu mengalami conduct disorder. Menurut saya, ada banyak faktor yang bisa menyebabkan individu mengalami ‘disorder’, tidak hanya dari faktor psikis tapi lebih kompleks, yaitu faktor bio-psiko-sosial. Baik secara biologis, psikologis, dan sosial tidak dapat dipisahkan ketika pembahasan tentang manusia digulirkan, itulah kenapa manusia disebut makhluk yang kompleks. Daripada berbicara banyak tentang apa yang saya tidak tahu pasti, akan lebih baik berbicara tentang apa yang saya pahami saja.
Conduct disorder dari yang pernah saya baca dapat ditandai dengan (1) mereka memiliki sejarah yang menetap dalam melanggar aturan, berbohong, mencuri, agresi fisik, tidak menghormati hak milik orang lain, penggunaan obat terlarang, dan sering melawan otoritas, (2) gagal untuk mematuhi aturan norma sosial, melanggar hukum yang ditunjukkan dengan secara berulang menunjukkan perilaku melanggar aturan tersebut, (3) menunjukkan perilaku interaksi yang konfrontatif, agresif dengan pola yang argumentatif figur otoritas, (4) tidak mempunyai atau sedikit rasa menyesal jika telah menyakiti orang lain, (5) memiliki perilaku konsisten untuk menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi pada dirinya, (6) kurang adanya penghormatan pada kejujuran, ditambah intensi yang tinggi untuk berbohong, (7) sering memulai ‘pertempuran’ verbal maupun non verbal, (8) memiliki pola hidup berpindah dari kota ke kota tanpa tujuan yang jelas atau dari suatu wilayah ke wilayah yang lain dengan tanpa tujuan yang masuk pasti. Delapan saya rasa sudah cukup merepresentasikan (tidak tahan menulis banyak, )
Saya rasa dengan penggambaran delapan perilaku tersebut dapat setidaknya sedikit membuka wawasan baru mengenai conduct disorder.
Saya rasa dengan kesadaran terhadap conduct disorder bisa membuka mata hati dan pikiran kita bahwa ada individu lain yang membutuhkan perhatian kita. Perhatian bukan semata untuk mengamankan diri kita dari tindakan ‘anarki’ para conduct disorder, tetapi perhatian yang dibutuhkan adalah perhatian untuk mendampingi mereka para conduct disorder agar dapat menjalani hidup dengan lebih baik, lebih adaptif, dan mampu berperilaku yang lebih bisa diterima dalam interaksi sosial dalam kehidupan.
Menyebut bantuan agaknya terlalu muluk-muluk dalam kamus saya, karena saya sendiri tidak yakin apa saya bisa membantu. Saya lebih leluasa dengan istilah mendampingi mereka para conduct disorder. Mendampingi dalam hemat saya berarti bahwa saya dan individu yang saya dampingi setara dan dapat berproses bersama menuju ke arah kebaikan. Ya walaupun saya sendiri tidak mengetahui kebaikan itu konkritnya seperti apa, bukankah akan lebih mudah ketika berproses bersama, mengetahui bersama, belajar bersama apa yang dimaksud kebaikan.
Jadi, alangkah berwarnanya dunia manusia ini bila masih ada yang memiliki asa dan cita untuk lebih peduli pada lingkungan, tidak hanya lingkungan fisik hayati saja, tapi juga lingkungan psikologis dan sosial kita. Conduct disorder adalah gangguan yang masih bisa diminimalisir, maka kepedulian kita pada sekitar sangat dibutuhkan. Mendampingi mereka para conduct disorder untuk dapat memandang indah dunia dengan lebih bermakna, saya rasa akan sangat berarti untuk diri kita sendiri dan juga bagi mereka.
[To be continued]

Aku dan Puisiku

Aku ingin berpuisi
Menyampaikan kata-kata yang terkadang tak di mengerti orang

Aku ingin berpuisi
Menyampaikan pikiran hati yang melupakan perasaannya

Aku ingin berpuisi
Mensatir sajak indah tentang kesedihan atau murka

Aku ingin berpuisi
Melantunkan melodi dalam pilihan diksi kata layaknya petikan biola

Aku ingin berpuisi
Hanya sekadar berceloteh tak ada makna

Dan aku ingin berpuisi
Menyampaikan kesombonganku pada dunia
Merangkai keangkuhanku dalam kata-kata

Hingga akhirnya hanya aku dan puisiku

Day 1

Ku mulai pagi ni dengan bersiap untuk pergi menemui teman-teman yang sangat special.
Pagi yang dingin membuatku malas beranjak dari pantai busa yang nyaman ini. Ku buka pelapis kulitku, membuka pintu dan berjalan menyusuri lorong-lorong bercahayakan biru pagi dengan semburat warna mentari. Ku selesaikan membasuh diri dan kukenakan anyaman rapi benang-benang yang telah ku pilih sebelumnya.

Menawan, ku bilang.

Pagutanku terjaga oleh deru suara mesin yang akan menghantarkanku menemui teman-teman special pagi ini, ku berlari dan tak lupa ku kenakan alas kaki yang sudah sekitar 6 tahun menemani hariku.

Pagi ini indah, pikirku.

Deretan orang sudah berjajar rapi menunggu surat kecil pengantar pergi, kami, aku dan seorang teman, pun larut di dalamnya. Perlahan merangsek ke depan ditemani bau yang selama ini ku benci, tapi pagi itu harus menggelitik hidungku, lekat.

Berhasil, kataku.

Bertemu pagar besi yang ramah tapi tetap Nampak elegan. Kusodorkan surat itu dan temanku menemani. Masuklah kami menunggu denting suara khas yang akan sering kami temui nantinya di hari yang sama dengan sekarang.

Satu, dua, dan beberapa menit berlalu, akhirnya dentingan itu berbunyi, menandakan surat kecil kami akan segera mempunyai arti.

Kuda besi, kulihat.

Surat-surat lain bertebaran, berganti surat-surat baru yang segera akan mempunyai arti seperti halnya perjalananku pagi ini. Tetapi cemas melandaku, tiga surat ini tak akan berarti tanpa hadirnya satu temanku lagi.

Denting silih berganti berbunyi dan sampai pada dentingan untuk kuda besiku, tapi dimanakah dia? Kami cemas menunggu, mengelus halus badan kuda besi ini untuk sabar menunggu, tak datang, tak berkabar, tak kunjung terlihat, cemas.

Dia akan datang yakinku.

Intuisiku tepat.

Akhirnya, kuda ini berlari menyusuri deretan vegetasi yang menakjubkan. Deretan pohon-pohon kelapa diterjang angin, melambai anggun seolah tahu begitu berartinya perjalanan ini bagiku, bagi kami.

Satu, setengah, dua … kuda besi telah sampai menghantarkanku menemui deretan besi-besi panjang entah dimana akan berakhir. Ku lalui dua diantara mereka.

Lega, batinku.

Entah dimana negri ini, tapi aku mulai mengukainya, ramah dan bersahabat.

Sampaikah kita, tanyaku.

Tanyaku belum terpuaskan, dua buah kreativitas menyambut kami. Ku naiki dengan tak sabar ingin merasakan sensasinya. Ya, mesin itu telah dipasang untuk mempermudah dan meringankan kerjanya, tak perlu lagi mengayuh, cukup dengan mengatur setir tempat duduk tiga roda ini berlari menyusuri jalan-jalan di negri yang mulai ku sukai ini. Berjalan, berputar, naik, turun, bertanya dan menemukan.

Sampai. Aku kembali bertemu dengan besi-besi panjang tapi kali ini penuh penjagaan. Merinding.

Aku ingin tahu.

Kami beranikan untuk masuk dan bertanya. Satu, dua, lima menit kami menunggu, dan aku tak ingin lebih lama lagi. Pintu kayu yang mengentuh atap itupun terbuka, setelah sebelumnya sepasang mata mengintip dari celah-celah jeruji yang juga hanya bisa untuk melihat sapasang mata yang mencarinya. Tertegun aku dibuatnya.

Masuk, batinku.

Kiri dan kananku tembok-tembok tinggi, ngeri, tapi kami punya lagi surat untuk mengaksesnya. Di keluarkanlah surat itu dari dompet salah satu temanku. Aha, kami berhasil menembusnya.

Jauh semakin dalam, semakin aku dibuat miris oleh keadaan ini. Besi-besi panjang itu semakin berjajar rapat, massif, dan sempit bercelah. Kunamai dia jeruji.
Jeruji apa yang kau jaga disini, tanyaku, kali ini dalam hati. Tak pernahkah kau lelah? Dan tak pernahkah kau merasa iba?, ku perpanjang tanyaku. Ku lihat kau begitu murka atas apa yang kau jaga di dalamnya. ku amati kau begitu tersayat atas apa yang menyentuhmu setiap hari. Ataukah malah kau merasa bangga atas tugasmu di sini? Aku belum menemukan apa yang kau rasa tapi aku, kami, ingin sekali mengenal apa yang kau jaga, apa yang menyentuhmu, dan apa yang membuatmu berada dan terjajar rapi di sini. Hingga bisa mengartikan apa yang kau rasa selama ini. Kecamuk ini menggelitikku untuk bertanya.
------------
Bisakah kami mengenal mereka lebih jauh? Menjadi teman berbagi cerita hari ini dan masa depan? Teman pengurang dahaga kerinduan akan udara? Teman tertawa di saat tak kuasa membendung rindu? Sahabat berbagi penawar murka dan angkara?
Kami pun ingin belajar dari mereka. Menyimak cerita kehidupan. Berbagi ilmu keteladanan. Mengisi kekosongan. Membenarkan yang salah dan menguatkan yang telah benar. Menyuarakan kegembiraan.

Mungkinkah itu? Kami ingin bersama mereka, di sela waktu kami dan mereka?
Getir.
Iba.
Tertahan.
-----------
Ketulusan.
-----------
Kuda besi kembali berlari sekuat tenaga membawa kami kembali nyata. Bertemu lagi vegetasi yang baru ku temui tadi pagi, menenami, tersenyum, dan menghantarkan kami pulang.

Denting itu berbunyi dan surat-surat kecil pengantar perjalanan kembali berhamburan. Aku tiba.

Ku nikmati dan ku resapi. Awal dari sebuah perjalanan panjang yang akan memberikan arti tersendiri bagi kami, terutama bagiku.

Kami telah bertemu mereka, teman-teman kecilku yang special.
Hidup kalian masih panjang, ijinkan aku, kami ikut bersama menikmati setiap langkah kalian teman, karena kalian berarti.

ya, karena kalian berarti.

Lapas Anak Kutoarjo
6 Maret 2010.

Sebuah Momen untuk di Ingat

Aku ingin menuliskan sesuatu yang menurutku berharga sebagai tulisanku pertama

Sebenarnya hanya kutipan, tetapi mengingatkanku pada momen spesial di suatu tempat dan suatu waktu

Ku rasa, dia akan mengijinkanku mengutipnya di sini

Tanpa harus aku aku terkena Undang-Undang Hak Cipta nanti

Ya, aku akan mengutip sebuah puisi

Terkenal, dari Sapardi Djoko Damono, Aku Ingin Mencintaimu

"aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada"

Di tempat yang sekarang sudah beralih fungsi, bersama dengan seseorang yang sekarang terpisah jarak, dan di waktu yang telah berlalu kemudian,

Aku mendengarkan puisi ini.

Partikel-partikel itu tidak lagi melayang di udara, tetapi sudah menemukan wujudnya, Kita.
Daisypath Anniversary tickers

Feed my Fish!