Rabu, 16 Juni 2010

Mengenang Perjalanan Bersama ‘The Backbone’ (1) ; Ciptakan Peluang

Letih lelah setelah menghadiri perhelatan akbar pertama dari distrik 205, perjalanan pun dilanjutkan. Sampai di ‘wisma lelah’ lebih dulu dari beberapa teman yang pulang mendahului tidak juga membuat saya lebih cepat berkemas dibanding mereka. Pernak-pernik yang saya lakukan membuat acara benah-benah saya menjadi lebih lambat. Demi gendongan yang nyaman, pikir saya.
Kenyamanan menggendong akan berpengaruh pada perjalanan saya selanjutnya, menemui ‘the backbone’. Dimulai dengan agak elit, dan juga agak tidak sopan karena meminjam nama teman yang sudah pulang mendahului, tibalah kami (saya dan dua orang teman) di dimensi ruang penuh kepulan asap, asap kendaraan maupun rokok.
Datang untuk menunggu. Ya, menunggu beberapa saat menjadi saat yang bagi saya terasa sangat lama karena salah satu teman saya terlambat datang. Menunggu memang menjemukan tapi saya menemukan sebuah kearifan dalam menunggu. Tidak lagi melatih kesabaran, tetapi bergerilya mencari peluang. Dan peluang itu saya dapatkan. Berbekal obrolan ringan, saya mendapatkan teman baru dan informasi penting untuk bertemu dengan ‘the backbones’ (terimakasih bapak dan ibu PMI!).
Telepon bordering dan berangkatlah kami, saya dan tiga rekan saya, menjelajahi dimensi ruang lain yang tidak kami kenal sebelumnya. ‘the backbone’, kami datang.
Trip kali ini lebih elite dan penuh konspirasi (ketua rombongan, kami menuntut tanggung jawabmu!). Berdalih mengejar waktu, kami berangkat dengan armada yang sangat ‘layak’ untuk sebuah perjalanan petualangan, bus patas cepat. Tapi apa daya waktu ternyata tak bisa di kejar, dan petangpun menyambut kedatangan kami. Dalam temaram petang, tak tahu arah dan tujuan, hampir tersesat, dan hampir pula tertipu, akhirnya kami bertemu dengannya, ‘the backbone’.
’25.000 perorang mba, tapi nunggu penuh dulu atau 250.000 langsung berangkat????’ kami berempat!.
30 menit, 60 menit, 90 menit….hampir menyerah.
Tak ubahnya pengemudi mencari penumpang, kami pun, sekali lagi, menemukan peluang dari menunggu. Berharap akan ada penumpang yang ikut serta, kami meneriakkan nama tempat yang akan kami datangi, sebuah negeri impian, berlagak kondektur bus!
90+20 menit berlalu….hampir sangat menyerah, berbayang menghamburkan 2x lipat lembaran di dompet dari yang seharusnya, otak kami bekerja lebih keras.
‘negeri impian pak? Seorangnya berapa ya? Harus nunggu penuh? Oke, saya 150, adek-adek ini 100’?????? (bengong, apa maksudnya?)
Beberapa saat kemudian, ‘the backbone’ terguncang, horeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee, atau entah apa namanya. 25.000 dengan 5 penumpang! Mustahil.
Sekali lagi, ciptakan peluang, dan kali ini berkesempatan bertemu ‘dewa’. Berbahagialah ketika menunggu, teman! karena akan datang peluang yang tidak terduga.
‘the backbone’ I luv uuuuuuuuuuuuuuuuuuuu…………’ dan berangkatlah kami menuju negeri impian ditemani cahaya petang dan angin malam, melintasi jalan berliku, tikungan dan tanjakan tajam, suara mesin menderu, dan sesekali tawa celoteh aneh dan ‘panas’ dari kawan yang duduk di belakang.
‘liat di internet aja kan bisa’(???????)

4 komentar:

Tiara R. Widiastuti mengatakan...

you were saved by the bell, war.. hehehe... eh, bukan by the bell! tapi by white knight.. atau?? blue knight? dia pake baju biru kan kalo g salah difoto itu.. ;))

rahma mengatakan...

:)) benar sekali tiara........itulah beruntungnya menunggu penuh kesabaran dengan otak terus berputar.....

ciptakan peluang !!!

richa nurhayati mengatakan...

apa yg tidak btanggung jawab....
aku kan udah mengantar kalian sampai ke tujuan... bagaimana pun proses yg tjd selama perjalanan yg penting sampai tujuan kan????
=))

rahma mengatakan...

walah.....sampai tujuan dengan perjuangan loh,p enuh intrik....=))

tapi bagaimanapun juga, sing enom ngalah...ya wis, ya wis....kamu memang bertanggung jawab sekali ketua ! hormat ketua !!!!!!! :p

Posting Komentar

Mengenang Perjalanan Bersama ‘The Backbone’ (1) ; Ciptakan Peluang

Letih lelah setelah menghadiri perhelatan akbar pertama dari distrik 205, perjalanan pun dilanjutkan. Sampai di ‘wisma lelah’ lebih dulu dari beberapa teman yang pulang mendahului tidak juga membuat saya lebih cepat berkemas dibanding mereka. Pernak-pernik yang saya lakukan membuat acara benah-benah saya menjadi lebih lambat. Demi gendongan yang nyaman, pikir saya.
Kenyamanan menggendong akan berpengaruh pada perjalanan saya selanjutnya, menemui ‘the backbone’. Dimulai dengan agak elit, dan juga agak tidak sopan karena meminjam nama teman yang sudah pulang mendahului, tibalah kami (saya dan dua orang teman) di dimensi ruang penuh kepulan asap, asap kendaraan maupun rokok.
Datang untuk menunggu. Ya, menunggu beberapa saat menjadi saat yang bagi saya terasa sangat lama karena salah satu teman saya terlambat datang. Menunggu memang menjemukan tapi saya menemukan sebuah kearifan dalam menunggu. Tidak lagi melatih kesabaran, tetapi bergerilya mencari peluang. Dan peluang itu saya dapatkan. Berbekal obrolan ringan, saya mendapatkan teman baru dan informasi penting untuk bertemu dengan ‘the backbones’ (terimakasih bapak dan ibu PMI!).
Telepon bordering dan berangkatlah kami, saya dan tiga rekan saya, menjelajahi dimensi ruang lain yang tidak kami kenal sebelumnya. ‘the backbone’, kami datang.
Trip kali ini lebih elite dan penuh konspirasi (ketua rombongan, kami menuntut tanggung jawabmu!). Berdalih mengejar waktu, kami berangkat dengan armada yang sangat ‘layak’ untuk sebuah perjalanan petualangan, bus patas cepat. Tapi apa daya waktu ternyata tak bisa di kejar, dan petangpun menyambut kedatangan kami. Dalam temaram petang, tak tahu arah dan tujuan, hampir tersesat, dan hampir pula tertipu, akhirnya kami bertemu dengannya, ‘the backbone’.
’25.000 perorang mba, tapi nunggu penuh dulu atau 250.000 langsung berangkat????’ kami berempat!.
30 menit, 60 menit, 90 menit….hampir menyerah.
Tak ubahnya pengemudi mencari penumpang, kami pun, sekali lagi, menemukan peluang dari menunggu. Berharap akan ada penumpang yang ikut serta, kami meneriakkan nama tempat yang akan kami datangi, sebuah negeri impian, berlagak kondektur bus!
90+20 menit berlalu….hampir sangat menyerah, berbayang menghamburkan 2x lipat lembaran di dompet dari yang seharusnya, otak kami bekerja lebih keras.
‘negeri impian pak? Seorangnya berapa ya? Harus nunggu penuh? Oke, saya 150, adek-adek ini 100’?????? (bengong, apa maksudnya?)
Beberapa saat kemudian, ‘the backbone’ terguncang, horeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee, atau entah apa namanya. 25.000 dengan 5 penumpang! Mustahil.
Sekali lagi, ciptakan peluang, dan kali ini berkesempatan bertemu ‘dewa’. Berbahagialah ketika menunggu, teman! karena akan datang peluang yang tidak terduga.
‘the backbone’ I luv uuuuuuuuuuuuuuuuuuuu…………’ dan berangkatlah kami menuju negeri impian ditemani cahaya petang dan angin malam, melintasi jalan berliku, tikungan dan tanjakan tajam, suara mesin menderu, dan sesekali tawa celoteh aneh dan ‘panas’ dari kawan yang duduk di belakang.
‘liat di internet aja kan bisa’(???????)

4 komentar:

Tiara R. Widiastuti mengatakan...

you were saved by the bell, war.. hehehe... eh, bukan by the bell! tapi by white knight.. atau?? blue knight? dia pake baju biru kan kalo g salah difoto itu.. ;))

rahma mengatakan...

:)) benar sekali tiara........itulah beruntungnya menunggu penuh kesabaran dengan otak terus berputar.....

ciptakan peluang !!!

richa nurhayati mengatakan...

apa yg tidak btanggung jawab....
aku kan udah mengantar kalian sampai ke tujuan... bagaimana pun proses yg tjd selama perjalanan yg penting sampai tujuan kan????
=))

rahma mengatakan...

walah.....sampai tujuan dengan perjuangan loh,p enuh intrik....=))

tapi bagaimanapun juga, sing enom ngalah...ya wis, ya wis....kamu memang bertanggung jawab sekali ketua ! hormat ketua !!!!!!! :p

Posting Komentar

Daisypath Anniversary tickers

Feed my Fish!